
Dari sisi peserta, Dwi Asta Ari Sukma dari Stipram Yogyakarta, mengungkapkan bahwa meskipun persiapan mereka sangat singkat, hanya sekitar tiga hari, mereka tetap antusias dan mampu menaklukkan berbagai tantangan. “Kesulitannya satu yang pasti diburu buru waktu, kedua ketepatan apa yang diminta Bobobox untuk bisa mengembangkan ide ini sama yang ketiga yaitu clarity untuk memberikan penjelasan apa yang mereka minta,” ujarnya.
Asta juga menambahkan bahwa untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan, penting untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia dan meminimalkan dampak limbah. “Untuk mengembangkan tempat wisata yang sustainable yang pasti kita harus melihat lingkungan sekitar. Sebisa mungkin kita menggunakan bahan-bahan yang memang sudah ada di alam sehingga mereka tidak perlu memikirkan untuk bagian waste atau limbah-limbahnya itu. Jadi kita bisa meminimalisir efeknya di situ sehingga bisa apa yang kita ajukan utang pasti eco friendly,” paparnya.

Sementara itu, Yohana Agnescia, peserta lainnya, mengaku timnya sempat tidak tidur selama empat hari demi mematangkan konsep lomba. Kendati demikian, perjuangannya itu dirasa tidak sia-sia karena serunya kompetisi yang diadakan Polban ini.
“Seneng banget sih sebenarnya karena ketemu banyak teman temen yang lain yang ternyata mereka di bawah semester dari kita. Selama kompetisi tadi aku ngerasa adjustnya helpfull banget sih kita dikasih pertama kali feedback dulu atas kerja yang kita lakukan baru kita dikasih challenge kira-kira implementasinya kaya gimana. Itu menurutku seru banget sih!,” kata Yohan.
Ia juga menekankan pentingnya integrasi dengan masyarakat lokal dalam praktik sustainable tourism. “Satu yang harus aku highlight mungkin ya menurut aku daripada kita mengambil term yang sudah ada dari luar mengapa kita tidak mengembangkan term dari lokal?,” tuturnya.
KPI 15 tidak hanya menjadi ruang kompetisi, namun juga menjadi ajang pembelajaran berharga bagi generasi muda dalam memahami peran mereka dalam membentuk pariwisata Indonesia yang inklusif, berkelanjutan, dan menghargai budaya lokal.







