More

    Dari Bandung: Topi Jerami untuk Gaza

    Beberapa pemuda sudah siap dengan propertinya:  speaker portable yang menggemakan lagu legend:    

               Leve Palestina och krossa sionismen / Leve Palestina och krossa sionismen 

               Leve, leve, leve Palestina / Leve, leve, leve Palestina

    - Advertisement -

    Lagu itu dibuat oleh Kofia, sebuah grup musik Swedia-Palestina yang bermarkas di Göteborg, tahun 1970-an. Leve Palestina kini seolah menjadi lagu wajib bagi kelompok-kelompok pro-Palestina sedunia.

    Di Monumen Asia Afrika, para peserta demo bergantian melakukan orasi, membaca puisi, berdoa. Anak-anak hiphop menampilkan dance, yang diiringi teriakan “Free Palestine!” Sejumlah anak muda membawa replika pagar kawat, menyimbolkan pagar-pagar yang memblokade Gaza.

    Lalu, mata saya tertuju pada sebuah bendera yang unik:  bendera bajak laut Topi Jerami, dikibarkan bersama bendera Palestina. Siapakah si bajak laut? Saya cari, ternyata itu simbol dari serial anime One Piece. Di tangan para pecinta budaya pop, simbol itu bermakna lebih dari sekadar fandom: ia adalah bentuk ekspresi perlawanan. Luffy, sang tokoh utama, adalah pemuda yang melawan tirani dan memperjuangkan kebebasan sahabat-sahabatnya. Sore itu di Bandung, imajinasi fiktif itu berpadu dengan kenyataan yang getir: ada anak-anak muda sungguhan di Gaza yang tidak bisa hidup tenang karena bom, bukan karena petualangan.

    Biasanya, aksi-aksi demo Palestina dilakukan oleh komunitas yang cenderung homogen. “Kalau bukan komunitasku, males ikutan ah”. Tapi, kali ini, berbagai komunitas melebur dengan kompak. Entah mengapa, saya merasa terharu. Ini yang selama ini saya impikan. Di video-video aksi demo di Barat, sudah biasa. Tapi di Indonesia, [seminim pengalaman saya] baru kali ini saya temukan.

    Di Bandung, saya melihat harapan: mahasiswa, ibu majelis taklim, aktivis dakwah, klub sepatu roda, seniman musik, anak-anak hiphop, dan pecinta anime berjalan seiring tanpa memaksakan narasi masing-masing. Yang ada hanya kesadaran: Gaza sedang dibakar, dan dunia terlalu banyak diam.[]

    Dr. Dina Y. Sulaeman M.Si., adalah dosen Hubungan Internasional Unpad, dan Ketua Dewan Pakar Free Palestine Network (FPN)

    - Advertisement -

    5 COMMENTS

    1. Aksi ini jadi bukti bahwa solidaritas tak harus seragam. Di tengah perbedaan gaya dan latar belakang, semua bisa bersatu demi kemanusiaan. Dari majelis taklim sampai komunitas hiphop, semua punya tempat di barisan dukungan untuk Gaza. Inilah wajah harapan Indonesia.. FREE PALESTINE

    2. Dari 2 “dunia berbeda” tetapi memiliki sense of humanity yang sama. Mereka sadar sesadar-sadarnya, bahwa mereka bukan hanya hidup berdampingan dg sesama, tetapi sungguh hidup bersama sesamanya. Kesadaran itulah yg membuat mereka bersama melawan genocida terhadap sesamanya dii manapun, kapanpun!!!

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here