More

    Dari Bandung: Topi Jerami untuk Gaza

    Oleh: Dina Y. Sulaeman*

    Tiba-tiba mata saya menatap pemandangan tak biasa. Seorang gadis muda bergaya urban dengan topi putih, dengan kaos bertuliskan “Hiphop against genocide.” Di sebelahnya ada seorang akhwat bercadar dan berjilbab lebar dengan motif kefiyeh. Seperti dua perempuan dari dunia berbeda.  Tapi, mereka berjalan beriringan tanpa canggung. 

    BANDUNG, KabarKampus – Ahad sore di Bandung, 15 Juni 2025. Saya berdiri di tengah ratusan orang yang berkumpul di depan Monumen Dasa Sila Bandung, Jalan Asia Afrika. Seorang ibu tiba-tiba meminjam poster yang saya bawa, ia ingin berfoto. Saya bawa beberapa poster: anak-anak yang kurus kering; anak-anak yang membawa panci di balik jeruji kawat, menanti pembagian makanan; anak-anak yang menangis setelah rumah mereka dibom Zionis.

    Satu poster lusuh yang saya bawa dalam aksi demo beberapa pekan lalu, “Stop the Genocide,” diminta seorang ibu. Saya dari rombongan majelis taklim, katanya.

    - Advertisement -

    Aksi memprotes genosida Gaza ini diinisiasi oleh “Solidaritas Seni untuk Palestina.” Pemimpin aksi lalu memandu konvoi berjalan kaki menuju Monumen Asia-Afrika di dekat alun-alun. Saya berjalan agak di depan, bersama rombongan pengguna sepatu roda. Sepertinya seru juga, demo dengan mengenakan sepatu roda.

    Tiba-tiba mata saya menatap pemandangan tak biasa. Seorang gadis muda bergaya urban dengan topi putih, dengan kaos bertuliskan “Hiphop against genocide.” Di sebelahnya ada seorang akhwat bercadar dan berjilbab lebar dengan motif kefiyeh. Seperti dua perempuan dari dunia berbeda.  Tapi, mereka berjalan beriringan tanpa canggung. 

    Yel-yel yang diteriakkan di sepanjang jalan juga berbeda-beda. Ada yang Islami, bertakbir, dan birruh biddam nafdika ya Aqsa [Dengan semangat (jiwa) kami, dengan darah kami, kami akan menebusmu (menjagamu), wahai Al-Aqsa.] Ada juga yel yang standar: from the river to the sea, Palestine will be free!

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    5 COMMENTS

    1. Aksi ini jadi bukti bahwa solidaritas tak harus seragam. Di tengah perbedaan gaya dan latar belakang, semua bisa bersatu demi kemanusiaan. Dari majelis taklim sampai komunitas hiphop, semua punya tempat di barisan dukungan untuk Gaza. Inilah wajah harapan Indonesia.. FREE PALESTINE

    2. Dari 2 “dunia berbeda” tetapi memiliki sense of humanity yang sama. Mereka sadar sesadar-sadarnya, bahwa mereka bukan hanya hidup berdampingan dg sesama, tetapi sungguh hidup bersama sesamanya. Kesadaran itulah yg membuat mereka bersama melawan genocida terhadap sesamanya dii manapun, kapanpun!!!

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here