More

    Lebaran Kurban: Membunuh Perikebinatangan dan Menghidupkan Perikemanusiaan

    Tragedi yang menimpa rakyat Palestina bukan hanya konflik politik. Ia adalah ujian etik bagi seluruh umat manusia. Ketika kita memotong hewan kurban dalam suasana damai, mereka menyaksikan keluarganya gugur tanpa pemakaman layak. Mereka tidak butuh sekadar empati sesaat, tetapi solidaritas nyata.

    Kurban dan Solidaritas: Ujian Perikemanusiaan

    Esensi kurban bukan hanya tentang ibadah vertikal (hablum minallah), tetapi juga ibadah horizontal (hablum minannas). Daging kurban yang dibagikan bukan sekadar makanan, melainkan lambang kepedulian sosial. Di sinilah letak perikemanusiaan: menyadari bahwa penderitaan satu bagian dari umat adalah penderitaan kolektif.

    Sayangnya, dalam isu seperti Palestina, perikemanusiaan global sering gagal. Ketika anak-anak dibombardir, rumah-rumah dihancurkan, dan rumah sakit diserang, sebagian dunia memilih diam. Padahal, Idul Adha menantang kita: Apakah kita hanya menyembelih hewan, atau juga menyembelih keacuhan?

    - Advertisement -

    Amartya Sen (2009) menegaskan bahwa keadilan bukan sekadar soal institusi, tapi soal kemampuan manusia untuk bereaksi terhadap penderitaan orang lain. Maka, jika kurban tidak menggerakkan hati kita untuk menentang kezaliman di Gaza, maka kita sedang absen secara moral, meski hadir secara ritual.

    Palestina dan Luka Kemanusiaan Global

    Tragedi yang menimpa rakyat Palestina bukan hanya konflik politik. Ia adalah ujian etik bagi seluruh umat manusia. Ketika kita memotong hewan kurban dalam suasana damai, mereka menyaksikan keluarganya gugur tanpa pemakaman layak. Mereka tidak butuh sekadar empati sesaat, tetapi solidaritas nyata.

    Dalam semangat kurban, mestinya umat Islam menyuarakan keadilan dan bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan. Ulama besar Maulana Abul Kalam Azad menulis bahwa “Islam tidak mengajarkan ibadah yang terpisah dari realitas sosial.” Maka kurban yang tidak mendorong keberpihakan kepada yang tertindas, termasuk rakyat Palestina, adalah ibadah yang kehilangan ruh.

    Dari Daging ke Nilai, Dari Ritual ke Perlawanan Nurani

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    1. Ditengahpenjajahan dan kesulitan yang berkepamjangan
      Lebarab qurban menjadi momen penting bagi rakyat.Palestina untuk memperkuat solidaritas dan meningkatkan kesadaran Internasional tentang perjuangan mereka. Rakyat Palestina telah mengalami pengorbanan yang.besar,dalam perjuangan mereka untuk kemerfekaan dan keadilan.Lebaran qurban menjadi simbol ketabahan dan pengobanan mereka dalam menghadapi kesulitan.
      Perayaan ini menjadi simbol harapan dan kesabaran Rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaan dan keadilan. Mereka yerus berjuang untuk hak-hak mereka
      dan menuntut pengakuan Internasional.Lwbaran qurban
      juga menjadi momen solidaritas dan dukungan antar sesama Rakyat Palestina,serta meningkatkan kesadaranI Internasional tentang perjuangan mereka. Dengan demikian Lebaran qurban diPalestina bukan hanya perayaan agama ,tetapi juga simbol ketabahan
      harapan dan solidaritas dalam menghadapi kedulitan.p

    2. Ironi terbesar Idul Adha hari ini bukan soal jumlah hewan yang dikurbankan, tapi banyaknya manusia yang gagal mengurbankan egonya. Kita sibuk membagikan daging, tapi lupa membagi empati. Palestina terus berdarah, dan dunia Islam masih nyaman dalam diamnya. Jika kurban hanya jadi seremoni tahunan tanpa keberpihakan pada yang tertindas, maka kita bukan sedang menyembelih hewan *kita sedang menyembelih nurani kita sendiri.* Tulisan ini penting sebagai tamparan spiritual dan sosial. Semoga lebih banyak yang tersadar, bukan sekadar terharu.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here