
Mahasiswa Universitas Indonesia menggelar aksi damai bertajuk “Nenda untuk Perubahan #CampForChange” sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan Iuran Pengembangan Institusi (IPI) yang dinilai membebani calon mahasiswa baru, khususnya dari jalur mandiri. Aksi yang sudah berjalan sejak 17 Juni ini juga menjadi ruang penegakan kebebasan akademik dan integritas pendidikan di tengah situasi kampus yang semakin terkomersialisasi.
Dalam pernyataan sikapnya yang dirilis Jumat, (20/6), para mahasiswa menolak keras pemberlakuan IPI yang dianggap menjadi penghalang akses pendidikan bagi kalangan tidak mampu. Mereka menilai kebijakan ini lahir dari kegagalan sistem pendanaan pendidikan tinggi yang terlalu bergantung pada Biaya Pendidikan (BP), serta kebijakan efisiensi pemerintah yang membebani mahasiswa alih-alih menyelesaikan persoalan struktural.
Para mahasiswa mendesak kampus untuk mempertimbangkan sumber pendapatan alternatif yang sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, seperti pengembangan unit bisnis atau riset. Mereka menekankan pentingnya peran kampus sebagai lembaga moral, bukan sekadar institusi ekonomi yang mengejar keuntungan.
Aksi “Nenda” digelar sebagai ruang terbuka untuk menyuarakan keresahan dan aspirasi, serta menjadi bentuk resistensi terhadap segala bentuk intimidasi, skorsing, drop out, hingga pembungkaman suara kritis. Aksi ini juga menjadi simbol kebebasan berpikir dan berbicara dalam ruang akademik yang semakin sempit akibat tekanan dari birokrasi kampus maupun kekuasaan negara.
“Kami menyediakan mimbar bebas di aksi nenda sebagai ruang dialog terbuka, di mana rektorat dan publik dapat berkomunikasi secara setara dan transparan,” tulis pernyataan mereka.

Selain isu pendidikan, mahasiswa juga menyoroti problem pelanggaran HAM, revisi UU yang merugikan rakyat, dan pembelokan sejarah yang dilakukan oleh negara. Mereka menolak penulisan ulang sejarah bangsa yang mengaburkan identitas nasional dan pengorbanan korban pelanggaran HAM masa lalu.
Gerakan ini mengajak masyarakat luas untuk bergabung dalam perjuangan menjaga universitas sebagai benteng moral bangsa. Mereka membuka partisipasi seluas-luasnya, baik di ruang fisik maupun melalui media sosial, sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan bersama.
“Perjuangan ini adalah milik bersama. Bersama, kita adalah perubahan. Bersama, kita adalah kekuatan,” tutup pernyataan sikap mereka.