
Ratusan peserta aksi turun ke jalan dalam kegiatan long march yang berlangsung dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan berakhir di Kedutaan Besar Palestina, Jakarta (Minggu (15/6). Aksi ini merupakan bagian dari kampanye internasional bertajuk March to Gaza, sebuah gerakan solidaritas global yang menunjukkan dukungan terhadap rakyat Palestina di tengah menghadapi krisis kemanusiaan akibat genosida oleh Israel.
Para peserta aksi terdiri dari aktivis kemanusiaan, pelajar, organisasi masyarakat, serta individu yang peduli terhadap kondisi kemnusiaan di Gaza. Mereka berjalan kaki sambil membawa spanduk, poster, dan bendera Palestina sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan aksi pembersihan etnis Palestina. “Indonesian citizen solidarity march with march to Gaza and Freedom Flotilla Coalition” tulis salah satu spanduk.
Aksi long march ini digelar serentak di berbagai negara, sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan Global March to Gaza. Massa aksi kompak meneriakkan kemerdekaan untuk warga Palestina. Massa aksi juga mendukung aktivis yang tengah berjuang membuka akses bantuan kemanusiaan ke Palestina. “Stop genocide in Gaza, Netanyahu just like the demon. Hell’s the best place for you an your allies. Ceasefire” tulis poster lainnya.
Sampai saat ini, upaya bantuan kemanusiaan masih diblokade oleh Israel. Massa sempat melakukan orasi di depan Kedubes AS menyoroti perannya dalam mendanai dan mendukung tindakan genosida Israel di Palestina. Massa aksi juga akan menuju Kedubes Mesir untuk mengecam sikap pemerintahannya yang memblokade upaya bantuan kemanusiaan. “From the river to the sea, Palestine will be free!” teriak salah seorang massa aksi.
Massa aksi berharap tuntutan mereka direspon Kedutaan Besar Mesir hingga AS. Ribuan warga di dunia saat ini juga tengah bersiap untuk memasuki wilayah Gaza secara langsung guna mengirim bantuan kemanusiaan. Selain itu, aksi ini juga menjadi momentum untuk mengedukasi publik tentang kondisi kelaparan hingga malnutrisi warga gaza. Serta menyerukan kepada pemerintah Indonesia dan dunia untuk lebih aktif dalam diplomasi kemanusiaan bagi Palestina.
Para aktivis di Global March to Gaza juga percaya jika pemerintahan Mesir akan sangat terbuka terhadap upaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Palestina. Meskipun menyusul dengan kejadian pencegatan Israel terhadap kapal yang membawa aktivis untuk melakukan hal sama pada beberapa waktu lalu. Sebelumnya memang pasukan keamanan Mesir terlibat dalam pertikaian dengan kelompok aktivis di Kairo.
Dalih mereka adalah kekhawatiran adanya penyusup terorisme ke wilayah Mesir. Banyak para aktivis yang pasornya disita dan dideportasi akibat pertikaian tersebut. Padahal pejabat-pejabat di Mesir telah mengkritik keras soal penanganan Israel terhadap perangnya melawan Hamas. Global March to Gaza dimulai dari El-Arish, di Mesir dengan tujuan untuk mendirikan kamp di persimpangan Rafah.
Tindakan ini untuk memulai pengiriman pasokan bantuan sekaligus melancarkan protes kepada Israel. Namun ratusan aktivis yang sebagian besar dari Eropa dan Afrika Utara, justru ditahan dan dideportasi saat tiba di Mesir. “Ini gawat. Kami baru saja diseret dengan kasar ke dalam sebuah bus. Mereka mulai mendorong orang dan menyeret dengan kasar ke luar. Mereka juga memukuli orang,” beber Melanie Schweizer, salah seorang peserta Global March to Gaza, seperti dikutip dari JNS.
Puluhan lainnya menghadapi perlawanan fisik di dekat perbatasan Mesir-Gaza. Di sini, pejabat Mesir justru mengatakan bahwa setiap delegasi asing yang melakukan perjalanan melalui negaranya harus mendapatkan persetujuan resmi terlebih dahulu. Israel sudah membuat kelaparan di Gaza sejak blokade selama 11 pekan disertai pengiriman bantuan terbatas.