More

    Diplomasi Merah Putih: Warisan Bung Karno dan Misi Prabowo di Forum Dunia

    Oleh: Teofilus Mian Parluhutan*

    Teofilus Mian Parluhutan. (ist)

    Panggung PBB selalu lebih dari sekadar forum diplomasi. Ia adalah panggung simbolik, tempat di mana sebuah bangsa menegaskan siapa dirinya di mata dunia.

    Enam dekade lalu, Bung Karno berdiri di podium Perserikatan Bangsa-Bangsa, menatap dunia dengan mata penuh keyakinan dan suara yang bergemuruh dengan pidato “To Build the World Anew” (Membangun Dunia Kembali. Ia bukan hanya menyampaikan pidato diplomatik, tetapi menitipkan visi besar tatanan dunia yang adil. 

    - Advertisement -

    Sukarno hendak menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya hadir sebagai bangsa baru, tetapi sebagai suara hati bagi negara-negara yang lama terpinggirkan. Keberanian moral yang telah menggumpal dalam semangat Konferensi Asia Afrika 1955. Sebuah panggilan jiwa agar dunia harus dibangun kembali di atas keadilan, kesetaraan, dan solidaritas.

    Bung Karno dengan pidato ikoniknya itu memberikan pembelajaran kepada dunia tentang Pancasila sebagai fondasi etis dan landasan moral yang universal untuk tatanan dunia yang adil. Bung Karno mengajak dunia bahwa diplomasi bukan saja berbasis kepentingan belaka, tetapi berbasis nilai dan prinsip kemanusiaan. Nilai-nilai yang diasuh oleh semangat persaudaraan, kemanusiaan, dan perdamaian. Dalam hal ini Bung Karno pencetus metadiplomasi. Diplomasi berlandaskan nilai-nilai luhur dan visi besar tentang bagaimana seharusnya dunia dibangun. 

    Pidato Bung Karno itu pada tahun 2023 ditetapkan PBB melalui UNESCO sebagai ‘Memory of the World’ (Warisan Arsip Dunia). Bung Karno memberikan jejak sejarah dan keteladanan moral dalam pergaulan internasional. Warisan Bung Karno ini menjadikan Indonesia memiliki modal diplomatik untuk memberikan tawaran alternatif untuk dunia yang adil dan setara. 

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here