More

    Adi Kusuma, Sarjana Teknik Industri yang Kini Jadi Pemulung tapi Tetap Fasih Bahasa Inggris

    Adi Kusuma. (Foto: Tangkapan layar video)

    Sosok Adi Kusuma belakangan ramai diperbincangkan di media sosial. Pria berusia 48 tahun ini viral setelah videonya yang fasih berbahasa Inggris sambil memulung tersebar luas di TikTok. Dalam video itu, Adi tampak melipat kardus di pinggir jalan dengan tenang.

    Siapa sangka, ia ternyata lulusan S1 Teknik Industri dan pernah bekerja di sejumlah perusahaan besar. “Saya dulu kuliah, lulus S1 Teknik Industri,” ujar Adi dengan santai saat ditanya perekam video. “Yang penting bisa hidup,” tambahnya, penuh keteguhan.

    Adi bercerita bahwa dirinya pernah bekerja di lima perusahaan berbeda, termasuk di sektor otomotif seperti Toyota Astra, dan terakhir di sebuah perusahaan teknologi informasi di kawasan Cempaka Putih, Jakarta. Di sana, ia sempat menjabat sebagai Business Analyst, posisi bergengsi yang mengharuskannya menganalisis strategi bisnis dan berkomunikasi dengan berbagai pihak.

    - Advertisement -

    Namun, nasib berkata lain. Setelah kontraknya berulang kali tidak diperpanjang, Adi akhirnya kehilangan pekerjaan dan harus beradaptasi dengan kenyataan baru. Kini, ia mencari nafkah dari memulung, dengan pendapatan antara Rp70 ribu hingga Rp150 ribu per hari.

    Video Adi langsung viral dan menuai ribuan komentar. Banyak netizen merasa tersentuh oleh keteguhannya, ada pula yang mengungkapkan rasa iba melihat nasib seorang sarjana yang kini harus memulung demi bertahan hidup. “Gak gengsi, gak masalah, yang penting halal dan bisa makan,” ujarnya dengan senyum yang tidak dibuat-buat.

    Tak sedikit yang menilai kisah ini sebagai cerminan betapa sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia, bahkan bagi mereka yang berpendidikan tinggi. Ada juga yang membandingkan kemampuan bahasa Inggris Adi dengan sejumlah tokoh publik, bahkan menyeret isu janji kampanye soal penciptaan lapangan kerja. 

    Namun, di tengah semua sorotan itu, satu pesan Adi justru paling membekas adalah kata “Yang penting bisa hidup.” Kisah Adi bukan sekadar konten viral, ia adalah potret nyata perjuangan di tengah kerasnya dunia kerja. Gelar akademik memang penting, tapi tidak selalu menjamin kestabilan hidup. 

    Adi mengingatkan bahwa keberanian untuk tetap melangkah, beradaptasi, dan bekerja dengan cara apa pun yang halal adalah bentuk keteguhan yang patut dihargai. Bagi mahasiswa dan anak muda, kisah Adi bisa jadi bahan refleksi penting. Dunia kerja kini tidak hanya menuntut ijazah, tapi juga kemampuan adaptasi, jaringan yang kuat, dan mental pantang menyerah. 

    Di era digital ini, banyak peluang baru yang bisa dijelajahi, mulai dari freelance, bisnis daring, hingga proyek kreatif berbasis komunitas. Namun yang tak kalah penting bahwa kisah Adi juga mengajarkan nilai kemanusiaan, yaitu setiap profesi layak dihormati, selama dilakukan dengan jujur dan bertanggung jawab.

    Di tengah dunia yang sering menilai orang dari titel dan jabatan, Adi Kusuma menunjukkan bahwa martabat seseorang tidak ditentukan dari tempatnya bekerja, melainkan dari cara ia bertahan dan tetap bersyukur.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here