Penyandang disabiltas di Vanuatu
Tim riset dari Australia dan Papua Nugini memulai studi inovatif yang bertujuan untuk menyuarakan pendapat anak-anak penyandang disabilitas di Pasifik.
Pakar Ilmu Kesehatan Universitas Deakin dan pemimpin proyek, Dr. Kevin Murfitt mengatakan studi ini melibatkan kegiatan berbicara langsung kepada anak-anak penyandang disabilitas tentang apa yang penting dalam kehidupan mereka, harapan dan impian mereka, dan apa yang bisa lebih baik dalam hidup mereka.
Proyek ini akan difokuskan di Vanuatu dan Papua Nugini dan informasi itu nantinya akan dibagikan kepada institusi regional dan stakeholder lainnya.
Dr. Murfitt berharap risetnya akan memberikan metode inspirasi alternatif untuk merengkuh anak-anak penyandang disabilitas.
“Kita tahu ada banyak penyandang disabilitas di dunia dan jumlahnya sekitar 15%-20% dari populasi dunia. Mereka termasuk kelompok minoritas,” katanya kepada Radio Australia.
“Kebanyakan anak-anak penyandang disabilitas di negara berkembang tidak bersekolah. Mereka tinggal di rumah saja, karena orang tuanya mengkhawatirkan keselamatan mereka atau karena institusi sekolah tidak memberikan akses pada mereka,” kata Murfitt menambahkan.
“Kondisi itu membuat mereka kebanyakan menganggur, dan itu menjadi penyebab kenapa kemiskinan dan penyandang disabilitas sangat terkait erat. Dan kombinasi kemiskinan dan disabilitas itu juga turut berdampak pada kesehatan mereka,” katanya.
Dr. Murfitt mengatakan para peneliti yang kebanyakan juga adalah penyandang disabilitas akan memulai kegiatan wawancara mereka tahun 2014 mendatang.
“Kita baru saja selesai melatih pendamping peneliti di Vanuatu dan Papua Nugini, jadi proyek ini juga terkait upaya pembangunan kapasitas,” katanya.
Dr. Murfitt mengatakan dirinya berharap kajian ini nantinya dapat meningkatkan kemampuan sektor pelayanan bagi penyandang disabilitas untuk memperpanjang program dan mengadvokasi pelayanan yang lebih baik bagi anak-anak penyandang disabilitas,” harapnya.
Proyek ini akan menyasar wilayah perkotaan termasuk Vila di Vanuatu dan Ibukota Papua Nugini, Port Moresby dan sejumlah kawasan pedesaan.
“Proyek ini memungkinkan kita melakukan sedikit perbandingan antara perbedaan kondisi kehidupan anak-anak penyandang disabilitas di pedesaan dan di perkotaan,” kata Dr. Murffit. []