Ahmad Fauzan Sazli
YOGYAKARTA, KabarKampus – Untuk memberikan pemahaman masyarakat mengenai dampak buruk televisi, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi (IK) UMY mengadakan Gerakan Literasi Media. Gerakan ini digelar selama dua minggu di berbagai daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selama melakukan gerakan literasi, IK UMY menemukan fakta bahwa rata-rata waktu masyarakat menonton televisi adalah sekitar delapan jam. Namun sayangnya, mereka menganggap waktu menonton tersebut merupakan waktu menonton yang wajar.
Seperti Muhammad Abdul Qadar mahasiswa IK UMY yang bergabung dalam Gerakan Literasi Media menyatakan bahwa banyak anak-anak di dusun tersebut yang menonton tayangan yang tidak sesuai dengan umurnya.
“Anak-anak tersebut mengaku menonton tayangan yang tidak sesuai dengan usianya karena tidak ada pilihan lain. Disinilah, peran orang tua sangat penting dalam hal literasi media,” ungkapnya.
Sementara itu di tempat media literasi lainnya, para remaja kebanyakan menerima tayangan televisi tanpa disaring terlebih dahulu. “Kebanyakan mereka para siswa SMAN 1 Sedayu Bantul menganggap misalnya makna cantik itu adalah kulit putih, tinggi, berambut panjang dari iklan-iklan yang mereka lihat di televisi,” ungkap Utari Dewi, mahasiswa IK UMY.
Filosa Gita Sukmono, Dosen IK UMY mengatakan, bahwa masyarakat masih melihat televisi sebagai media hiburan, belum melihat televisi sebagai sebuah kotak yang juga memiliki efek-efek lain. Oleh karena itu masyarakat harus membatasi waktu menonton televisi dan memahami dampak-dampak negatif akibat menonton televisi secara berlebihan.
Menurut Filosa, bahwa efek negatif pada televisi bisa dilihat pada perilaku kekerasan, budaya hedonisme, budaya konsumerisme dan hilangnya identitas bangsa yang murni di masyarakat.
“Hal tersebut bisa diminimalisir dengan hal sederhana seperti diet televisi,” kata Filosa.
Menurutnya, masyarakat seharusnya bisa mengurangi waktu menonton hingga 2-3 jam dan mengalihkan dengan kegiatan positif lainnya. Selain itu, ia menjelaskan bahwa masyarakat juga harus bisa memilah tayangan yang baik dan memberikan manfaat bagi mereka.
“Pendidikan literasi media juga penting dibentuk dari tingkat yang terkecil yaitu keluarga,” kata Filosa.[]