Ahmad Fauzan Sazli
Septian Suryo. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI
JAKARTA, KabarKampus – Septian Suryo, alumnus Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas) menyabet gelar wirausaha muda terbaik untuk kategori kreatif dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri di Jakarta. Ia menyabet gelar tersebut lewat bisnis sabun cair multifungsi yang dibuat dan dipasarkannya sendiri.
Sabun yang dilabeli nama “Maks”ini telah dipasarkan di Kota Makassar sejak tahun 2009 lalu. Sabun ini memiliki beberapa kelebihan yakni dapat mencuci mobil, motor, piring, pakaian dan tangan dalam satu kemasan. Sabun ini juga ramah lingkungan dan dapat melembutkan kulit.
Sabun buatan Septian menjadi sebuah bisnis diawali dengan kebetulan. Pada saat itu Septian meneliti sabun untuk mata kuliah Teknologi Farmasi. Pada saat ke lapangan untuk melihat produk yang beredar, ia menemukan bahwa banyak produk yang kurang ramah lingkungan.
Dari sanalah saya mencari alternatif untuk mencari sabun yang ramah lingkungan,” kata Septian di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, (16/01/2013).
Septian menuturkan, selama enam bulan dan setelah 70 kali percobaan, ia baru menghasilkan sabun cuci piring yang ramah lingkungan. Kemudian hasil penelitian tersebut diserahkan ke dosen untuk bahan skripsi. Namun justru dosen mengarahkannya untuk memproduksi dan menjual hasil penelitian tersebut.
“Alasan dosen itu karena sudah banyak produk yang dibuat oleh kakak-kakak tingkatnya namun hanya berhenti dipenelitian. Setelah itu ngga jadi apa-apa. Dosen itu ingin melihat respon produk ini” ungkap Septian.
Pada awalnya Septian mengaku tersesat dengan arahan dosen. Ia merasa bahwa latar belakangnya adalah farmasi bukan pengusaha.
“Namun ternyata responnya bagus,” ungkapnya.
Seiring waktu, permintaan masyarakat pun mulai bervariasi. Tak hanya sabun untuk mencuci piring, masyarakat juga meminta sabun lainya, seperti sabun untuk mobil, motor, dan sebagainya.
“Kami pun merasa kewalahan. Karena sudah terlanjur mengiyakan permintaan mereka dan tidak ingin dianggap tidak komitmen. Kami mulai berpikir bagaimana dapat memenuhi permintaan itu,” jelas pemuda berusia 26 tahun ini.
Dengan segala kapasitas yang terbatas, ia mulai mengembangkankan formula-formula yang ada. Mulai dari formula untuk mencuci pakaian, motor dan mobil. Kemudian mereka membuat satu jenis sabun untuk beberapa jenis konsumen.
Septian mengungkapkan, bahwa pada prinsipnya setiap sabun baik cuci tangan maupun cuci piring adalah untuk membersihkan kotoran. Setiap sabun sabun itu bekerja sebagai surfaktan atau zat aktif di permukaan. Zat itu akan bekerja ketika ada kotoran.
“Ketika ada kotoran di kursi. Dia akan masuk di antara meja dan kotoran. Dia akan memperkecil sudut kontaknya. Dan ketika dibilas dengan air, kotoran itu akan mudah dibersihkan dan dipindahkan,” tuturnya.
Menurut Septian, bahwa sebenarnya semua pembersih mengandung surfaktan. Hanya saja formulanya yang berbeda. Dari sana mereka mengumpulkan persamaan pembersih motor, mobil, sabun cuci piring, dan sebagainya. Kemudian menggabungkan formula tersebut.
Septian menjelaskan, bahwa produknya ini seperti sabun colek. Sabun colek memiliki multi fungsi, bisa mencuci piring dan cuci baju. Namun sabun colek bentuknya cream. Sabun dengan bentuk cream susah larut. Selain itu kekuranganya sabun colek masih kurang ramah lingkungan.
“Bahan yang tidak ramah lingkungan itu adalah bahan yang tidak mudah didegradasi dan diurai oleh tanah sehingga mencemarkan lingkungan,” ungkapnya Septian.
Adapun bahan-bahan yang digunakan Septian dalam sabunnya itu adalah 80 persen air, turunan minyak kelapa yang dijadikan bibit sabun, stabilizer, pengharum, mineral air laut, dan pewarna. Selain itu sabun ini juga ditambah dengan formula pelembut khusus untuk tangan dan bahan anti septik yang bukan dari formalin.
Pada awalnya sabun multifungsi ini dijualnya secara curah alias dijual hanya isinya saja tanpa kemasan kepada restoran, hotel dan sebagainya.
Namun menurut Septian, sudah enam bulan ini mereka mencoba mengeluarkan sabun tersebut dalam bentuk kemasan 500 mili. Dan ternyata mendapat respon bagus dari pasar.
“Kemasan ini berisi 500 mili dan dijual dengan harga 5000 rupiah,” ungkapnya.
Saat ini bisnis dengan nama Sefactor Pharma ini telah memproduksi 200 liter sabun setiap hari dan lima ton perbulannya. Mereka telah menguasai 1.75 persen market share di kota Makassar.
“Ke depan kami ingin menguasai sekitar lima persen market sharenya kota Makassar,” harap Septian.
Keikutsertaan Septian dalam ajang yang digelar Bank Mandiri ini pada awalnya tidak terlalu serus. Bahkan ia tidak melengkapi persayaratan yang ada. Namun kemudian ia justru ternyata terpilih menjadi perwakilan Makassar. Hingga akhirnya masuk dipenjurian nasional dan memenangkan lomba untuk kategori alumni di bidang kreatif menyisihkan sembilan peserta untuk kategori yang sama.
Bisnis sabun Septian kini kini telah meraup untung 30 juta perbulan. Lebih jauh lagi Septian berharap industri sabun miliknya tersebut dapat dipasarkan ke pulau Jawa dan ke pulau-pulau lainnya.[]