More

    Greenlifestyle : Solusi Mengobati Luka-Luka Ibu Bumi

    Angelus Serafim F
    Bumi tempat kita berpijak adalah ibu yang senantiasa memberikan kelimpahan dengan ‘susu dan madunya’. Seperti seorang ibu, bumi senantiasa memenuhi kebutuhan anak-anaknya dengan apa yang dimilikinya.

    Hal ini mendorong nenek moyang kita menyebut bumi sebagai ibu bumi atau ibu pertiwi. Kita tidak mungkin bisa menyangkal keberadaan bumi sebagai ibu yang senantiasa memenuhi kebutuhan kita karena toh kita dihidupi olehnya.

    Tak dapat dipungkiri juga bahwa kita kerap kali melukai ibu bumi dengan tindakan-tindakan ceroboh. Kita hanya mementingkan pemenuhan kebutuhan kita sendiri dan mengabaikan makhluk di sekitar kita. Bahkan kita mengorbankan makhluk lain untuk kenikmatan kita. Tanpa kita sadari, tindakan-tindakan yang kita lakukan telah memberikan luka di tubuh ibu bumi.

    - Advertisement -

    Kita seolah menjadi anak durhaka yang tidak tahu mengabdi kepada seorang ibu. Kita juga seolah-olah membiarkan luka-luka di tubuh ibu bumi semakin bertambah.

    Kisah Malin Kundang, seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu haruslah kita jadikan pelajaran penting dalam hubungan dengan seorang ibu. Sama seperti Malin Kundang, kita juga sudah dikutuk oleh ibu bumi dengan cara yang berbeda. Bencana-bencana alam yang terjadi di sekitar kita adalah bentuk kemarahan seoarang ibu bumi terhadap anak-anaknya yang tidak menjaga ibu sendiri.

    Kemarahan ibu bumi tentunya sudah seringkali kita rasakan. Apakah kita mau seorang ibu terus seperti itu kepada anaknya? Tentunya, kita tidak menghendakinya. Sebagai anak-anak yang masih memiliki nurani, kita harus tersadar walaupun kita sudah menyebabkan api amarah menyala di dalam tubuh ibu bumi.

    Tapi, bukankah pepatah lama mengatakan, ‘lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’? Kita masih memiliki banyak kesempatan untuk meminta maaf kepada ibu bumi dengan membina kembali hubungan yang harmonis dengan makhluk yang ada di sekitar kita.

    Salah satu bentuk permintaan maaf kita dengan ibu bumi adalah dengan menerapkan pola hidup yang mendukung keharmonisan antar sesama makhluk hidup. Inilah yang disebut green lifestyle. Kita pasti memikirkan hal-hal yang sulit untuk menciptakan pola hidup green lifestyle. Sebenarnya sederhana saja, kita cukup mencoba menerapkan pola hidup itu dalam kehidupan kita sehari-hari.

    Pola hidup itu dapat berupa kebiasaan sehari-hari seperti menghemat penggunaan air, hemat listrik, tidak menggunakan barang-barang yang memiliki kandungan beracun, tidak membuang sampah di sembarangan tempat, dan juga berkreasi untuk memanfaatkan barang-barang bekas.

    Hal yang tak kalah pentingnya juga adalah menghemat penggunaan kertas. Bahan baku kertas yang kita gunakan adalah kayu-kayu yang ditebang di hutan. Oleh karena itu, jika kita menggunakan kertas dalam jumah yang banyak berarti itu sama saja melukai ibu bumi.

    Sebagainya solusinya, kita harus pintar memanfaatkan teknologi modern seperti e-book sehingga kebutuhan akan kertas berkurang.

    Pola hidup seperti itu harus ditanam dan dipupuk dalam diri kita agar berkembang menjadi sebuah kebiasaan. Mulailah merawat ibu bumi dengan penuh kasih sayang seorang anak. Jangan membiarkan ibu bumi semakin merana akibat keegoisan dan keserakahan kita anak-anaknya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here