Slamet Mardiyanto Rahayu
Saya, seorang guru yang bertugas di sebuah sekolah perusahaan kelapa sawit Kabupaten Mamuju Utara dan berinteraksi langsung dengan anak-anak akar rumput (grass root) di daerah perkebunan. Dengan ilmu yang saya miliki di bidang pendidikan terutama mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) setidaknya saya ingin berkontribusi nyata terhadap pembangunan daerah secara kontinyu dan berkelanjutan.
Selepas menyandang gelar S.Si (Sarjana Sains) Biologi dari Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta tahun 2007, kemudian saya mengambil program Akta Mengajar IV untuk memperoleh sertifikat sebagai pendidik dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu saya berganti-ganti profesi dari menjadi editor sebuah penerbit di kota bengawan (Solo), menjadi tentor pada bimbingan belajar di Subang (Jawa Barat) dan tentor bimbingan belajar di Purworejo (Jawa Tengah).
Sampai kemudian di tahun 2009 saya diterima sebagai seorang guru dan ditempatkan di Sulawesi Barat. Mulai saat itu merupakan titik tonggak saya berkecimpung secara nyata di dunia pendidikan. Saya memilih pekerjaan di bidang pendidikan, apalagi di daerah yang jauh menyeberang dari tanah kelahiran saya di Jawa, dengan beberapa pertimbangan substansial sebagai berikut: a) keinginan untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa terutama di daerah tertinggal, b) konsistensi dan keberlanjutan pendidikan yang saya dapatkan sebelumnya, c) minat dan komitmen untuk mengajarkan dan melatih anak-anak dalam pemanfaatan sumber daya hayati daerah sekitarnya secara bijak sebagai upaya pelestarian lingkungan demi terciptanya pembangunan berkelanjutan.
Pekerjaan yang saya geluti seperti yang saya paparkan di atas merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan khususnya di bidang pendidikan. Mengapa pekerjaan tersebut dinilai penting? Ada beberapa alasan mendasar yang dapat saya kemukakan di sini dalam dua perspektif umum dan khusus.
Alasan umumnya, yaitu a) generasi muda merupakan tunas harapan bangsa kita, sehingga mendidik dan mengajar anak-anak merupakan sebuah investasi dan modal besar bagi kemajuan negeri kita tercinta, Indonesia, b) peningkatan kualitas lingkungan dimana salah satu indikator keberhasilan pembangunan berkelanjutan adalah terciptanya kelestarian lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, hal ini dapat terwujud dengan mengajarkan dan membiasakan tata kelola lingkungan kepada anak-anak sejak usia sekolah. Adapun alasan secara khusus, yaitu Sulawesi Barat sebagai salah satu provinsi termuda di Indonesia karena baru terbentuk pada tahun 2005, memerlukan perencanaan dan tata kelola lingkungan yang matang.
Sebagai salah satu upaya pentingnya adalah dengan membiasakan anak didik (siswa) untuk peduli terhadap kebersihan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan sekitarnya, mulai dari lingkungan sekolah, rumah, dan sekitar tempat tinggalnya.
Selama menggeluti pekerjaan di bidang pendidikan selama kurang lebih lima tahun, ada beberapa kontribusi positif yang dapat saya berikan secara signifikan kepada anak didik. Selain mengampu pejaran IPA SMP, saya juga merupakan guru pembimbing pengembangan diri KIR (Kelompok Ilmiah Remaja).
Dalam kegiatan tersebut saya mengajarkan anak-anak didik saya untuk belajar meneliti dengan objek yang ada di sekitar mereka. Saya sampaikan pada mereka bahwa daerah kita ini memiliki beragam keanekaragaman hayati yang tinggi yang dapat kita teliti. Alhamdulillah pada tahun 2010, ada salah seorang siswa bimbingan saya yang lolos sebagai finalis LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja) Tingkat Nasional.
Waktu itu diselenggarakan di Jogja. Siswa tersebut mengusung judul “Pemanfaatan TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) sebagai Alternatif Media Tumbuh Jamur Konsumsi”. Pada tahun yang sama juga, salah satu anggota KIR dapat berangkat ke Jakarta sebagai Duta Sanitasi mewakili Sulawesi Barat dengan karya tulisnya “Sanitasi Baik, Jauh dari Cacingan.” Kemudian berkat penelitian “Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Burung Kruwo”, seorang siswa saya turut berlaga dalam ajang ISPO (Indonesian Science Project Olympiad) di Jakarta pada tahun 2011.
Pada tahun yang sama, karya tulis seorang siswa anggota KIR berjudul “Toilet Ekologis, Solusi Praktis, Ekonomis, dan Ramah Lingkungan” dapat menembus tingkat nasional sehingga membawanya terbang ke Jakarta sebagai Duta Sanitasi Sulawesi Barat. Pada tahun berikutnya, seorang siswa lain yang juga sangat rajin dalam penelitian KIR dengan judul “Potensi Burung Kruwo yang Endemik Sulawesi sebagai Alternatif Bahan Makanan yang Multigizi dan Multikhasiat” mampu mengharumkan nama sekolah dengan membawa pulang medali emas dalam event nasional bertajuk LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja) tahun 2012 yang diselenggarakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Begitulah sampai saat ini pun beberapa siswa anggota pengembangan diri KIR tetap berusaha bersemangat untuk mengkaji, melakukan riset kecil-kecilan terhadap sesuatu di sekitarnya yang menggelitik jiwa dan untuk menjawab keingintahuan mereka. Semoga kebiasaan mereka dalam meneliti tidak hanya sewaktu menimba ilmu di SMP Astra Makmur Jaya ini saja, akan tetapi akan tetap berlanjut menjadi sebuah kebiasaan positif sehingga akan menambah terciptanya ilmuwan-ilmuwan baru Indonesia yang tetap berpegang teguh pada kebijakan pelestarian lingkungan bagi pembangunan berkelanjutan.
Selain dalam kegiatan KIR, instansi sekolah tempat saya mengabdi juga cukup intens dalam upaya mewujudkan sekolah yang bersih, sehat, dan lestari. Beberapa pembiasaan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya sesuai jenis sampah (organik atau anorganik), kegiatan komposting, daur ulang sampah anorganik, dan sederet aktivitas paduli lingkungan lain yang didukung dengan adaya tata tertib dan kebijakan sekolah yang terkait pengelolaan lingkungan hidup. Pada tahun 2011 lalu sekolah kami mendapat kepercayaan untuk mewakili Provinsi Sulawesi Barat menjadi finalis Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional. Kemudian pada tahun 2012 lalu sekolah kami mendapat Sertifikat Adiwiyata dari Bupati Mamuju Utara. Kemudian di tahun 2014 ini sekolah kami berproses mengikuti program seleksi untuk menjadi Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional.
Begitulah sekelumit dunia pendidikan yang selama ini saya tekuni di dalam kebun kelapa sawit. Di mana sejauh mata memandang, tampaklah ratusan bahkan ribuan hektar hijaunya pohon kelapa sawit yang telah menjadi perantara rezeki-Nya sebagai sumber penghidupan bagi karyawan perusahaan dan masyarakat sekitarnya. Sejuknya udara perkebunan dan semerbak aroma matang buah sawit merupakan padu padan yang menjadi salah satu karakteristik daerah ini.
Sebagai seorang pendidik dan pengajar, saya akan tetap melatih dan membiasakan siswa-siswa untuk menjaga lingkungan agar tetap hijau dan lestari sehingga dapat mengurangi terjadinya global warming. []