More

    Gas Rumah Kaca, Sang Selimut Bumi

    Tri Wahyuningsih

    Selama beberapa hari ini, Yogya terasa cukup panas terutama di malam hari. Seorang teman pun bertannya kepada saya, “Secara ilmiah, kenapa Bu kok dua hari ini Yogya terasa lebih panas dari biasanya? Mestinya, itu bisa dijelaskan secara ilmiah kan?” Mungkin karena saya mengajar mata peajaran kimia, maka dianggap atau diharapkan bisa menjelaskan semua hal yang terkait dengan fenomena alam semesta.

    Saat itu, saya memang belum sempat menjawab pertanyaan teman saya itu. Tetapi pertanyaan itu jadi mengingatkan saya pada pelajaran semasa SMA, bahwa Bumi bisa tetap terasa hangat meski di malam hari karena Bumi mempunyai selimut yang disebut dengan atmosfer bumi. Beberapa komponen dalam selimut Bumi tersebut lebih sering dikenal dengan gas-gas rumah kaca yang antara lain terdiri dari gas CO2, CH4, N2O, HFCS, PFCS dan SF6. Seperti halnya dalam rumah kaca, panas matahari yang masuk terperangkap di dalam rumah kaca dan menghangatkan seisi rumah kaca, maka panas Bumi yang masuk ke Bumi akan dipantulkan ke angkasa dan secara alami diserap oleh gas-gas rumah kaca membuat panas Bumi tetap terperangkap dalam atmosfer Bumi dan menghangatkan seisi bumi, meski di malam hari.

    - Advertisement -

    Tidak bisa dipungkiri, tanpa gas-gas rumah kaca, Bumi akan menjadi tempat yang sangat tidak nyaman untuk ditinggali, panas sepanjang hari dan sangat dingin sepanjang malam. Tetapi ibarat orang berselimut, selimut yang terlalu tebal juga tidak akan terasa nyaman, bukan hanya membuat kepanasan tetapi terkadang juga menyesakkan. Sama halnya dengan gas rumah kaca, dalam konsentrasi tertentu sangat dibutuhkan oleh bumi, tetapi pada konsentrasi yang berlebihan akan membuat suhu Bumi semakin meningkat karena banyaknya panas matahari yang terperangkap di dalam bumi. Jika peningkatan suhu Bumi terus berlanjut, maka bukan hal yang tidak mungkin terjadi perubahan iklim di bumi.

    Dampak langsung adanya perubahan iklim akan dirasakan oleh para petani. Para petani jadi kesulitan menentukan masa kerjanya karena suhu dan pola hujan yang tidak tentu. Selama beberapa hari ini, Yogya sudah menunjukkan terjadinya pola tersebut, suhu dan pola hujan yang tidak tentu.

    Panas di malam hari dan tiba-tiba terasa dingin saat menjelang pagi, atau sebaliknya, panas sepanjang hari dan tiba-tiba berubah dingin menjelang malam. Begitu pula dengan pola hujan, panas dan cerah sepanjang pagi, tiba-tiba huja deras di siang hari, atau sebaliknya cerah sepanjang pagi dan tiba-tiba hujan di sore hari atau sepanjang malam.

    Dampak jangka panjang peningkatan suhu Bumi adalah naiknya permukaan air laut yang mengakibatkan penduduk di pesisir pantai kehilangan tempat tinggal. Dan jika hal itu tersebut berlanjut, maka akan banyak tumbuhan dan hewan yang mengalami kepunahan karena tidak tahan terhadap perubahan Bumi. Akibatnya ketersediaan makanan bagi penghuni Bumi, terutama manusia.

    Membaca kemungkinan-kemungkinan tersebut, sudah selayaknya kita segera memulai mengubah kebiasaan hidup dengan cara hidup yang dapat mengurangi peningkatan konsentrasi gas rumah kaca. Sudah banyak kesepakatan dan peraturan yang telah dibuat dalam rangka mengurangi global warming dan pelestarian alam. Tetapi seperti sudah diketahui bersama, peraturan tanpa adanya implementasi tidak akan pernah mampu mengubah apapun. Yang terpenting adalah bagaimana implementasi setiap peraturan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

    Tentu saja itu bukan hal yang mudah, mengubah kebiasaan yang sudah terbentuk selama berpuluh-puluh tahun, tetapi bukan hal ynag tidak mungkin. Butuh kerja keras dan kerjasama dari semua pihak untuk dapat mewujudkan implementasi dari peraturan yang telah dibuat.

    Dan pada akhirnya, semua kembali ke kesadaran dari semua pihak akan pentingnya peran masing-masing pihak dalam mengurangi global warming. Dan yang paling mudah untuk dilakukan dan semua pihak dapat melakukannya sendiri tanpa tergantung pihak lain adalah dengan mengubah kebiasaan hidup masing-masing pihak dengan gaya hidup sederhana.

    Hemat listrik, hemat BBM, hemat air, mengurangi penggunaan kantong plastik dan tidak membuang sampah sembarangan merupakan prilaku yang mudah untuk dilakukan oleh siapapun. Mematikan lampu tidak terpakai dan mencabut peralatan elektronik dari stop kantak dapat membantu kita menghemat listrik.

    Kebiasaan berjalan kaki atau bersepeda, menggunakan sarana transportasi umum, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor terutama mobil bersendirian dapat membantu menghemat penggunaan BBM. Tidak meninggalkan kran air yang menetes dan mencuci dalam jumlah besar akan membantu menghemat air.

    Tindakan-tindakan kecil dan mudah dilakukan oleh siapapun, tetapi berdampak besar bagi kenyamanan Bumi. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here