More

    Mudahkan Pembuatan Batik, Mahasiswa UII Kembangkan Canting Pantograf

    10 10 2014 canting pantograf YOGYAKARTA, KabarKampus – Proses pembuatan batik tulis boleh dikata memang rumit, membutuhkan waktu yang panjang, dan keahlian khusus. Biasanya pengrajin membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menyelesaikan sebuah produk batik tulis. Sementara permintaan pasar terhadap batik tulis cenderung tinggi sehingga pengrajin cenderung kewalahan dalam memenuhinya.

    Keadaan tersebut memancing mahasiswa Teknik Industri UII untuk menemukan cara efisien memproduksi batik tulis tanpa meninggalkan tradisi pembuatan batik. Caranya adalah dengan sebuah alat bernama Canting Pantograf. Canting ini memadukan teknologi modern dengan tradisi penggunaan canting dalam membuat batik tulis.

    Rizqi Ramadhani, salah seorang mahasiswa UII pencetus Canting Pantograf mengatakan, ide untuk menciptakan canting pantograf berawal dari kepedulian mereka terhadap kelangsungan industri batik tradisional yang ada di Yogyakarta. “Membatik dengan canting tradisional membutuhkan keahlian dan waktu yang lama. Sementara, regenerasi pengrajin tradisi batik tulis ini semakin menyusut”, keluhnya.

    - Advertisement -

    Di sisi lain, menurutnya, persaingan industri dengan derasnya produk batik murah impor juga semakin mendesak industri batik tulis tradisional. Dari sinilah, ia bersama dua rekannya, yakni Nabila Noor Qisthani dan Adhe Rizky Anugerah semakin tergerak untuk menciptakan alat ini.

    Rizki memaparkan, cara kerja dari alat canting pantograf mengadopsi cara kerja pantograf yang banyak dipakai untuk menyalin peta. Caranya dengan menyalin pola batik yang telah digambar sebagai model kemudian memproyeksikannya secara cermat ke dalam gambar lain yang lebih besar.

    Selanjutnya, kata Rizki, alat canting di ujung pantograf berfungsi layaknya bulpen yang melukis dan menuangkan malam panas di atas kain yang ingin digambar. Pemanasan malam tak lagi menggunakan arang namun memakai teknologi pemanas dengan arus listrik yang bisa diatur secara otomatis.

    “Gambar batik yang dilukiskan canting pantograf bisa sangat akurat mendekati modelnya karena ada skala tertentu yang kami gunakan”, terang Rizky.

    Menurutnya dengan memanfaatkan canting pantograf, dapat mengefisiensi waktu, tenaga, dan sumber daya. Sehingga mendorong peningkatan produksi yang berujung pada berkembangnya industri batik tulis tradisional. Salah satu nilai efisiensi terbesar diraih karena pengrajin dapat langsung membatik tanpa harus menggambar lagi motif batik secara berulang-ulang.

    “Berdasarkan studi komparasi yang kami lakukan, canting pantograf dapat memangkas proses dan waktu produksi batik tulis secara signifikan”, tambahnya.

    Pihaknya pernah membandingkan secara langsung penggunaan alat ini dengan canting tradisional di mana diperoleh hasil dalam waktu 1 jam, canting pantograf mampu memproduksi batik tulis 3 kali lebih banyak. Dengan penguasaan alat, konsistensi dan kontinuitas ketika melukis batik juga dapat terjaga.

    Rizky dan rekan-rekannya mengaku banyak mendapat masukan dari para pelaku industri batik tulis tradisional yang ditemuinya di sekitar Yogya. “Alhamdulillah respon teman-teman pengrajin sangat positif. Kami juga telah mensosialisasikan alat ini ke beberapa sekolah di wilayah Sleman”, ucapnya.

    Mereka berharap, dengan teknologi yang diterapkan, alat ini mampu meningkatkan efisiensi produksi batik tulis sehingga dalam waktu yang lebih cepat mampu menghasilkan produk batik yang berkualitas.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here