More

    Rektor Unpar : “Bandung Teknopolis Wajib Libatkan Perguruan Tinggi”

    ENCEP SUKONTRA

    BANDUNG, KabarKampus- Mangadar Situmorang, Rektor Universitas Katholik Parahyangan (Unpar), menyatakan kota berbasis teknologi (teknopolis) sebagaimana yang dicanangkan Ridwan Kamil, Walikota Bandung, dalam rencana pembangunan Bandung Teknopolis mensyaratkan penguasaan literasi.

    Kota Bandung
    Kota Bandung

    Literasi dalam artian penguasaan terhadap letiratur maupun teknologi digital. Hal ini harus dimiliki semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pelaku ekonomi, maupun masyarakat.

    - Advertisement -

    Maka peran perguruan tinggi atau kampus menjadi sangat penting. Untuk itu, Mangadar Situmorang mempertanyakan apa dan bagaimana posisi atau peran perguruan tinggi dalam “megaproyek” Bandung Teknopolis.

    Kenyataannya hingga kini jejaring kerja sama antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah belum nampak.

    “Jejaring dan kerjasama baik antara pemerintah dengan perguruan tinggi maupun sesama perguruan tinggi nampaknya belum berjalan sebagaimana diharapkan,” kata Mangadar Situmorang dalam makalahnya berjudul “Bandung Teknopolis Menuju Bandung Juara: Merajut Mimpi Bersama” saat membuka Seminar Nasional Bandung Teknopolis di Aula Kampus Pascasarjana Universitas Parahyangan, Bandung, Jumat (03/06/2016).

    “Banyak potensi yang dimiliki perguruan tinggi yang tidak tersalurkan dan terimplementasikan. Demikian juga dengan pitensi yang dimiliki oleh pemerintah belum dapat diakses dan dimanfaatkan sepenuhnya oleh perguruan tinggi,” katanya.

    Padahal salah satu modal penting pembangunan Bandung Teknopolis adalah keberadaan sejumlah perguruan tinggi. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa perguruang tinggi merupakan institusi yang menghasilkan tenaga terdidik dan kreatif.

    “Kota teknopolis menyiratkan tersedianya sumber daya manusia dengan tingkat literasi teknologi yang cukup tinggi, maka lulusan perguruan tinggi diharapkan akan menjadi pengisi dan pengelola kota tersebut,” terangnya.

    Perguruan tinggi juga sebagai pusat riset yang menghasilkan rekomendasi bagi pembangunan. Hasil riset misalnya akan mendorong pertumbuhan insdustri manufaktur dan aktivitas ekionomi kreatif.

    Unpar, kata dia, merupakan salah satu universitas tertua di Bandung (berdiri 1955) juga telah berperan menghasilkan lulusan terdidik maupun bergerak di bidang riset. Hingga kini Unpar telah meluluskan 55.000 sarjana, hampir setengahnya berasal dari bidang keteknikan, yakni sipil, arsitektur, teknik industri, sains dan informatika.

    “Mereka telah berkiprah di berbagai instansi dan bidang, baik di lembaga pemerintahan maupun kewirausahaan, dan menghasilkan berbagai riset dan menjadi masukan bagi pemerintah maupun dunia industri,” katanya.

    Selain memiliki unit-unit akademik (fakultas dan program studi), Unpar juga memiliki lembaga riset dan pengabdian masyarakat antara lain Center Of Exellence (CEO), Global Enterpreneurship Monitoring (GEM), Pusat Kajian Gender, Pusat Kajian HAM dan Keadilan Sosial, pusat kajian pengembangan infrastruktur kota (CoE Urban Infrastructure Development), hingga Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unpar.

    Modal penting lainnya, kata dia, Unpar memiliki ikatan historis dan kultural yang kuat khususnya dengan Kota Bandung yang terlihat melalui nama Parahyangan. Kendati demikian potensi-potensi tersebut menghadapi sejumlah hambatan, antara lain hambatan ekternal yakni terkait regulasi atau keterbatasan akses dari kementrian/pemerintahan.

    Terlepas dari hambatan itu, lanjut dia, Unpar siap bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung dalam membangun Bandung Teknopolis.

    “Unpar perlu semakin terlibat di dalam membangun kota ini dan memberikan kontribusinya bagi kemajuan masyarakat Bandung. Untuk itu Unpar siap dan bersedia bekerja sama mewujudkan Bandung Teknopolis,” kata Mangadar Situomorang. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here