More

    Buku di Angkot Pintar Sering Hilang, Bukti Masyarakat Bandung Suka Membaca

    Sejumlah buku dipajang di dalam angkot yang diberi nama Angkot Pintar di Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/12). (Foto: Antarafoto/Agus Bebeng)

    Masyarakat yang gemar membaca akan sangat mempengaruhi kemajuan sebuah bangsa. Hal inilah yang mendorong sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Rindu Menanti untuk membangun sebuah gerakan literasi di Kota Bandung.

    Salah satunya adalah dengan membuat perpustakaan di angkot-angkot di Kota Bandung. Komunitas yang berasal dari Kampus STAI Persis ini menamakannya dengan angkot pintar. Mereka bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota Bandung dan menggandeng sebanyak 20 angkot di lima trayek di Kota Bandung.

    Alif Akbar Nugraha, salah satu pegiat Rindu Menanti menceritakan, gerakan angkot pintar ini bermula dari gerakan lapak buku di halte-halte yang dimulai sejak 11 November 2015 lalu. Kemudian Dinas Perhubungan Kota Bandung tertarik dengan gagasan mereka dan meminta untuk mengisi angkot-angkot di Kota Bandung dengan buku.

    - Advertisement -

    Tawaran ini pun diamini oleh para sukarelawan Rindu Menanti. Hingga akhirnya mereka melaksanakan tawaran tersebut dan meluncurkan gerakan angkot pintar pada tanggal 16 Desember 2016.

    “Gerakan sebenarnya bukan ide murni dari kami. Jauh hari sebelum itu, sudah ada angkot yang menyediakan buku di angkat seperti ini yaitu di Soreang – Leuwi Panjang. Tapi bagi kami bukan itu yang penting, yang jelas adalah kami ingin melakukan perubahan bagi Indonesia. Bandung adalah cerminan Jawa Barat dan Jawa Barat adalah cerminan Indonesia,” kata Alif yang merupakan mahasiswa semester enam ini.

    Pada angkot pintar ini kata Alif, mereka pasang buku di belakang angkot yang sudah mereka pasang akrilik sebagai rak buku. Para penumpang diperbolehkan untuk membaca buku-buku yang ada di angkot dan dilarang dibawa pulang.

    Ada sekitar 20-an angkot yang mereka titipkan buku, yaitu 6 angkot jurusan Cimindi –  Sukajadi, 3 angkot Kalapa – Ledeng, 5 angkot Margahyu –  Ledeng, 5 angkot St Hall – Gede, 5 angkot  Ciwastra – Ujung Berung. Setiap angkot mereka titipkan sebanyak 13 buku. Mulai dari buku novel hingga resep masakan.

    “Gerakan ini mendapat tangapannya yang baik dari masyarakat. Namun ternyata ada yang lucu di angkot Margahayu –  Ledeng. Setelah ditaruh buku, tiga hari kemudian buku-buku tersebut hilang.

    Bahkan saat ini menurut Alif, di angkot Margahayu – Ledeng dari lima angkot yang dititipkan buku, buku-buku di empat angkot hilang alias habis semua. Sementara di satu angkot hanya menyisakan 8 buku, dari 13 buku yang dititipkan.

    Alif menyayangkan buku-buku tersebut hilang. Baginya, itu menunjukkan kesadaran masyarakat untuk menjaga masyarakat untuk menjaga buku masih minim. Namun kalau dilihat secara positif, masalah buku hilang ini, justru membuatnya dan teman-teman bangga. Karena dengan hilangnya buku-buku tersebut, menunjukkan minat baca masyarakat Bandung tinggi.

    “Dibalik itu saya merasa bangga, buku yang kami pajang, ternyata betul – betul membuat minat baca masyarakat tinggi, sangking minatnya buku-buku itu diambil oleh mereka,”ungkap mahasiswa tafsir hadist ini.

    Selain cerita kehilangan buku, ada cerita lain yang membuat Alif dan teman-teman bersemangat. Ada seorang anak SD di daerah Ledeng, yang tidak mau sekolah bila tidak naik angkot pintar. Hal itu karena di angkot pintar ada buku KKPK (Kecil Kecil Punya Karya) yang ditulis oleh anak-anak dan diterbitkan oleh Mizan.

    “Sekarang alhamdulllah, masyarakat dan supir angkot antusias menyambut baik dengan hadirnya angkot pintar ini,” jelas Alif.

    Alif berharap, gerakan angkot pintar ini tak hanya menebar virus membaca kepada masyarakat. Namun juga menyelamatkan angkot yang kian kini kurang begitu diminati masyarakat di Kota Bandung.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here