More

    Psikiater Unpad : Film Bertema Kekerasan Itu Bencana

    Pada 2016, festival film di Jawa Barat menerima 299 karya film. Mayoritas pendaftar adalah mahasiswa dan pelajar. Dari sejumlah karya tersebut, tidak sedikit film bernuansa gelap, psikopat atau tentang kekerasan.

    Dr. Teddy Hidayat, SpKJ., psikiater dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjdjaran (Unpad), merasa khawatir jika film-film tersebut didominasi tema kekerasan.

    Menurutnya, akan muncul bencana jika sebagian besar film yang dibuat sineas mengangkat kekerasan atau sadisme. “Bukan unik, itu bencana,” ucap Teddy Hidayat dalam “Diskusi dan Pemutaran Film: Remaja & Hasrat Psikopat” di Kaka Cafe Jalan Sultan Tirtayasa No. 49 Bandung, Jumat (19/05/2017).

    - Advertisement -

    Ia menjelaskan, orang yang biasa nonton film dengan tema kekerasan akan cenderung agresif. Sikap agresif ini memungkinkan disalurkan ke dunia nyata, misalnya ke teman atau ke orang yang ada di lingkungannya.

    Ia pun menyarankan agar para sineas untuk memikirkan matang-matang konsep film yang akan dibuatnya.

    “Alangkah baiknya kalau mulai memikirkan dari awal apa yang ingin dicapai dari film yang dibuat, apakah ingin ajak masyarakat lebih baik atau apa. Itu sejak awal sudah diprogram. Supaya tujuannya jelas selain memotret realitas yang ada,” katanya.

    Saran lain, perlu dijawab juga pertanyaan tentang akibat yang akan ditimbulkan jika film dibuat ditonton secara luas, besar dampaknya, lalu apakah sineas sendiri paham tidak dengan tema yang diangkatnya.

    Sehingga, ia menegskan, dalam membuat film diperlukan riset. Hal inilah yang membedakan film barat dengan film-film di Indonesia. Film barat, apa pun temanya, memang mengangkat sesuatu yang terjadi di dunia yang riel.

    Namun dalam prosesnya, mereka kerap melakukan riset yang kuat. Contohnya saat membuat film tentang psikopat, sineas barat selalu melakukan riset yang tidak sederhana.

    Teddy pun mengajak sineas yang tertarik menggarap film terkait kejiwaan untuk datang ke psikiatri RSHS.

    “Misalnya film tentang skizofrenia, kalau mau bikin kapan-kapan tak ajarin tentang skizofren. Kalau mau, tinggal seminggu dengan pasien biar bisa menjiwai,” kata dokter yang dikenal dekat dengan komunitas pengguna narkoba dan HIV/AIDS ini.

    Selain itu, ia mengingatkan bahwa sineas memang memiliki hak seluas-luasnya sebagai kreator. Kreativitas sineas tak bisa dibatasi.

    “Tapi tentu ada sesuatu yang lebih tinggi dari kreator, yaitu kewajiban kita sebagai manusia. Kalau kreativitas kita bikin orang lain sengsara, kira-kira mau diteruskan tidak?” katanya.

    Ide, sambung dia, memang harus dikembangkan seluas-luasnya. Namun, ide tersebut sebainya memiliki muatan yang mendidik.
    Contohnya, kata dia, hukuman diperlukan dalam mendidik anak. Tapi hukuman tersebut harus disertai dengan penjelasan kenapa si anak dihukum.

    “Kalau kita hukum anak kemudian tak kasih tahu penjelasannya, anak akan dendam dan berontak,” katanya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here