Di antara Gunung Arjuno dan Gunung Panderman, di tengah lapangan rumput hijau, Folk Music Festival 2017 berlangsung di kawasan Kusuma Agrowisata, Batu, Malang pada hari Sabtu 15 Juli 2017 ini.
Acara musik folk yang diinisiasi di Surabaya 3 tahun silam ini berlangsung selama 1 hari penuh di kota yang terkenal dengan hawa dinginnya. Di Indonesia, festival ini termasuk perhelatan yang paling ditunggu para pecinta musik dan musisi folk Indonesia.
Dibuka pukul sepuluh pagi dengan acara yang dinamai makan sayang, dimana ada makan-makan bersama para penampil sebelum acara di mulai. Para penonton pun berbaur dalam suasana yang akrab.
Beberapa band yang meramaikan acara ini antara lain: Manjakani, Tadi Pagi, Ikhsan Skuter, Bin Idris, Jason Ranti, Silampukau, Bonita, Ari Reda, Payung Teduh, Danilla, Float, Star and Rabbit.
Lirik-lirik lagu yang dilantunkan sangat beragam dan tak hanya bercerita tentang cinta. Banyak juga lagu protes sosial dengan lirik-lirik mengelitik dan sarkasme.
Seperti beberapa cuplikan bait dari lagu petani yang dinyanyikan Ikhsan Skuter dibawah ini :
“Leluhurku, kakek dan nenek kita petani, dan pabrik datang, sawah perlahan menghilang. Dan hingga pabrik tiba, petani dipenjara, petani memburu ke kota, petani dibenci pemimpinnya, ada pula yang didera, ada juga yang hilang nyawanya, hilang hidupnya.. ”
Ada juga humor-humor cerdas yang dilantukan dengan begitu lihai. Cara membaca dari kiri ke kanan yang dianggap ke-kiri-kirian.
Pertunjukan Folk Music Festival berjalan dengan begitu megah. Para musisi pun terlihat total saat membawakan lagu. Para penonton terus berdatangan hingga malam hari.
Hanya ada sedikit masukan untuk pihak penyelenggara, jumlah toilet yang hanya ada empat tentu tak sebanding dengan pengunjung. Antrian yang melebihi 20 menit tentu merusak pengalaman menikmati musik-musik indah.
Salah satu masukan lainnya, tong-tong sampah sebaiknya diperbanyak, menyadari besarnya lapangan bola yang digunakan.
Meski ada sedikit catatan, secara keseluruhan festival musik ini telah menyajikan pertunjukkan terbaiknya. Dalam 3-5 perhelatan lagi, bila tak ada aral melintang, Folk Music Festival bisa menarik penonton dan musisi dari luar negeri. Tentu dalam jumlah yang lebih besar tanpa menghilangkan semangat musik folk.
Terakhir, semoga musik folk di Indonesia terus maju dengan lirik-liriknya yang kuat sehingga mampu melakukan perubahan sosial yang lebih baik. []