PENULIS : MUHAMMAD YUSUF
Kehadiran Komunitas Komoro asal Papua, memberikan warna lain dalam perhelatan Seni Bandung #1. Saat pembukaan pada Minggu sore (24/09/2017), mereka menampilkan tarian khas suku Kamoro bertajuk Tari Komodo.
Lewat Tarian Wo atau Komodo, Komunitas Kamoro menceritakan legenda asal-usul munculnya penciptaan suku Kamoro di dunia ini.
“Tarian Wo ini bercerita bahwa dulu di Kamoro ada dua orang anak mengambil sebuah telur untuk dirawat. Beberapa lama kemudian telur itu menetas dan ternyata keluarlah seekor Komodo.”
“Hari demi hari Komodo tersebut semakin besar lalu memakan semua orang di perkampungan dan yang tersisa hanya seorang ibu yang tengah hamil tua,” papar Herman Kiripi, salah seorang diantara tujuh penari yang menampilkan Tarian Komodo.
Herman melanjutkan, setelah si Komodo memakan semua orang di perkampungan kemudian ia beristirahat di sebuah pulau yang sunyi. Sang ibu yang tengah hamil tua tadi tak lama kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang segera tumbuh menjadi seorang pemuda yang dewasa.
Saat mengetahui nasib keluarganya yang dimangsa komodo, Sang Anak berniat membalas dendam.
Dalam upaya membunuh hewan Komodo, anak laki-laki itu mendapat petunjuk dari para leluhurnya lewat mimpi untuk membangun tujuh rumah di pesisir pantai.
“Dalam rumah si anak sambil memukul tifa dan bernyanyi seakan-akan sedang berpesta. Hal ini dilakukan untuk memberi perhatian kepada Komodo tersebut. Situasi ini mengundang Komodo,” ungkap Herman.
Saat hewan itu memporak-porandakan rumah, maka peralatan yang digunakan untuk menghujani tubuh hewanlah yang telah menyelamatkan si anak dari rumah kedua sampai rumah keempat, dan akhirnya Komodo ini mati terimpa alat-alat berburu.
Kemudian si anak memotong dagingnya menjadi beberapa bagian dan kemudian dilemparkan ke seluruh penjuru mata angin. Konon, daging yang telah dilempar tersebut akan berubah menjadi seorang manusia dan jadi kemunculan ras baru,” terang pria berusia 34 tahun ini.
Sekilas Kamoro
Komunitas Kamoro yang tampil saat pembukaan Seni Bandung #1 berasal dari wilayah Kamoro di Papua. Suku Kamoro sendiri terletak di wilayah pesisir pantai Kabupaten Mimika Agats sampai Jita.
Penduduk Suku Kamoro terkenal pandai berburu, dan juga terkenal piawai membuat ukiran. Hasil ukiran kayu, topeng, dan beragam jenis karya seni khas Suku Kamoro inilah yang membuat Komunitas Kamoro dari yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe Foundation, bisa berkeliling dunia memperkenalkan berbagai seni dan budaya khas Kamoro.
Mereka tidak hanya memperlihatkan seni tapi juga memberikan pemahaman tentang seni kepada publik.
Luluk selaku pendiri yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe Foundation mengatakan kegiatan Seni Bandung #1 sangat penting bagi masyarakat agar mengetahui budaya Indonesia secara luas.
“Dengan tampilnya Komunitas Kamoro di event ini dapat menjadi sebuah bentuk penyuluhan dan edukasi.”
“Kami berusaha untuk menginformasikan ke masyarakat luas supaya masyarakat lebih memahami Kamoro lewat Seni Bandung ini.” pungkas Luluk. []
Pikiran yg dangkal n kotor kampungan..adat yah adat agama yah agama. Namanya juga adat agama apapun blh bikin adat