Frino Bariarcianur
Malin Kundang beranjak dewasa, pergi merantau demi membantu kehidupan keluarga. Ia pulang menjemput ibunya tapi sayang tsunami melanda.
Kisah Malin Kundang versi Unit Pencinta Budaya Minang (UPBM) Universitas Padjajaran sungguh berbeda. Jika kita mengenal Malin Kundang si anak durhaka maka versi ini si anak yang kaya raya itu tetap mengenali dan mengakui ibunya.
Tak ada kutukan dari sang ibu. Yang ada bagaimana seorang anak yang berjuang menyelamatkan ibunya saat tsunami datang. Untunglah Malin punya kapal. Ia pun berhasil membawa keluarganya di Negeri Sembilan, Malaka.
Pagelaran Malin Kundang ini juga disisipi dengan pelbagai pertunjukkan seni budaya Minang yakni Tari Galombang Pasambahan, Tari Limpapeh, Tari Panen, Silek Garuik Harimau, Tari Rantak, Tari Pamenan. Tak ketinggalan seni Randai, sebuah permainan Anak Nagari Minangkabau yang khas, diperlihatkan.
Kisah lain atau “Another Story of Malin Kundang” ini digelar dalam rangka Dies Natalis UPBM Unpad ke-25 di Sasana Budaya Ganesha Bandung, Minggu (20/05).[]