More

    Lima Program “Recommended”, Bagi Gerakan Islam Kontemporer

    Ilustration / Foto : qz.com

    Oleh: Baqi Maulana Rizqi

    Dr. Kuntowijoyo dalam bukunya yang berjudul, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi menyatakan ada “Lima Program Reinterpretasi, yang sangat rekomended bagi gerakan Islam masa kini. Dari pada membuat program kerja organisasi yang cenderung kontra produktif, lima program tersebut bisa menjadi referensi bagi gerakan Islam kontemporer.

    - Advertisement -

    Program pertama, adalah perlunya dikembangkan penafsiran sosial struktural lebih dari pada penafsiran individual ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu di dalam Al-Quran. Selama ini kita melakukan penafsiran yang bersifat individual ketika memahami, mislanya, sebuah ayat yang menyatakan larangan untuk hidup berlebih-lebihan.

    Dari penafsiran individual terhadap ketentuan ini sering timbul sikap untuk mengutuk orang-orang yang hidup berfoya-foya, yang memiliki vila-vila di Puncak atau yang mempunyai banyak deposito di bank-bank luar negri. Sesungguhnyalah kekacauan semacam itu sah saja adanya. Tapi yang lebih mendasar sebenarnya adalah mencari sebab-sebab struktural pada gejala hidup mewah dan berlebihan itu muncul dalam konteks sistem sosial dan sistem ekonomi. Dengan upaya ini, penafsiran kita terhadap gejala hidup mewah harus lebih dikembangkan pada perspektif sosial, dari pada perspektif stuktural. Dari penafsiran semacam ini, mungkin kita akan menemukan akar masalahnya yang paling esensial yaitu terjadinya konsentrasi kapital, akumulasi kekayaan, dan sistem pemilikan sumber-suber penghasilan atas dasar etika keserakahan. Gejala-gejala seperti inilah sebenarnya yang harus kita rombak agar tidak memungkinkan terjadinya gaya hidup mewah, gaya hidup yang secara moral maupun sosial sangat di kecam oleh Al-Quran.

    Program pertama ini rekomended sekali bagi gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam saat ini. Karena, goalnya dan dasarnya jelas, dari pada membuat program yang hanya terjebak pada formalitas belaka serta cenderung membuang-buang anggaran, program ini menjadi tawaran solutif dan esensial.

    Program kedua, adalah mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir objektif. Tujuan dilakukannya reorientasi berpikir secara objektif ini adalah untuk menyuguhkan Islam pada cita-cita objektif. Tentang ketentuan zakat misalnya, secara subjektif, tujuan zakat memang diarahkan untuk “pembersihan” harta, juga untuk pembersihan jiwa. Tapi sesunggunya sisi objektif tujuan zakat pada intinya adalah tercapainya kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial itulah yang menjadi sasaran objektif dikeluarkannya ketentuan untuk berzakat. Dari reorientasi semacam ini kita dapat mengembangkan tesis yang lebih luas bahwa Islam benar-benar ingin memperjuangkan tercapainya kesejahteraan sosial yang didalamnya zakat merupakan salah satu sarananya. Demikian juga kalau kita bicara tentang larangan riba. Ketentuan itu misalnya perlu kita beri konteks pada cita-cita egalitarianisme ekonomi untuk tercapainya kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, pada level aktual, kita dapat saja mengembangkan bentuk-bentuk institusi bank yang bebas bunga (zero interesting bank) yang tidak mengguakan rente, untuk membantu pemilikan modal bagi kelas ekonomi lemah.

    Mari bersih-bersih diri dengan zakat seperti yang diprogramkan oleh Dr. Kuntowijoyo, gerakan Islam dewasa ini sebetulnya sangat ditunggu-tunggu gebarakannya. Karena persoalan zakat memang sangat relevan untuk bisa mempertahankan keimanan umat, sehingga bebas dari pengaruh-pengaruh yang bisa saja akan luput dari rasa syukur sehingga nilai-nilai religiusnya mudah terkikis oleh persoalan dunia, mari canangkan!

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here