More

    Optimisme Menjelang Tatanan Dunia Yang Baru

    Penulis: Ibih TG Hassan

    Ilustrasi / shipinsight

    Kita menyadari bahwa kondisi saat ini sungguh mencekam dan tidak mungkin mengerjakan rencana-rencana sesuai business plan atau personal plan yang lalu. Jika sejak awal, perencanaan-perencanaannya dirancang optimis. Maka optimisme itu harus tetap terpelihara (walaupun memang harus tetap menjejak bumi). Karena bagaimana kita bisa mengajak orang bekerja bersama jika kita nya sendiri tidak beraura optimis. Malahan saya beranggapan, optimisme adalah satu-satunya energi yang dibutuhkan oleh kita saat ini dalam situasi seperti sekarang ini. Pasar saham, pasar uang pun sesungguhnya hanya bicara tentang confident dan optimisme. Jika keduanya tidak ada maka runtuh lah pasar tersebut. Jadi optimis itu wajib dan berpercaya dirilah untuk menebarkan optimisme tersebut. Dimulai ke diri sendiri, kepada keluarga, lingkungan terdekat bahkan kepada sesama umat. Bismillah!

    - Advertisement -

    Stimulus yang disiapkan pemerintah total sebesar 405,1 Trilyun. Menurut saya secara umum stimulus akan didekati dari dua arah, stimulus melalui pembiayaan anggaran dan stimulus pajak. Saya berharap masih akan ada stimulus tambahan lainnya yang lebih besar walaupun saya memahami ini adalah penganggaran prudent yang saat ini bisa dilakukan. China bisa menjadi role model dalam berbagai hal, namun di bidang stimulus ekonomi, setiap negara memiliki karakterisktik yang berbeda dengan kemampuan yang berbeda pula.

    Semua negara memang dituntut untuk mampu menyediakan anggaran besar ( beberapa negara menyebutnya sebagai the biggest ever!) Seperti ECB Eropa menyiapkan 750 Bio Euro dengan strong statement “stimulus with no limit” kata President ECB Christine Lagard.

    US bahkan menyiapkan 2 Trilyun dollar ( >32 rb trilyun Rp!) ( berita terakhir malah akan ditambah 1 T dollar lagi). Helicopter view yang kemudian menjadi helicopter money, budget dahsyat yang ditujukan bukan untuk penyelamatan, tetapi untuk mitigasi! Pola stimulus pun sangat beragam. Di US katanya dananya adalah untuk memback up the Fed dan bahkan langsung bisa diberikan kepada korporasi dengan membeli surat hutangnya mereka, atau melalui mekanisme bantuan langsung kepada tenaga kerja juga kepada mahasiswa. Case by case disesuaikan dengan nature of business nya.

    Malaysia sudah menganggarkan hampir 1000 Trilyun demikian pula Singapore dengan angka yang fantastis (berita terakhir ditambah lagi stimulusnya). Di Hongkong pemerintah nya sudah memutuskan salah satu stimulus nya berupa cash in hand 10 ribu Hk dollar per penduduk. Diluar paket-paket lainnya yang sangat generous.

    Saya berharap pemerintah nantinya akan sampai ke stimulus dengan budget yang lebih besar untuk mendorong konsumsi publik dan memberikan sinyal lebih positif dan optimis kepada pasar. Tetapi dengan stimulus yang sudah ditetapkan, minimal sudah memberikan gambaran adanya safety net yang lebih jelas seperti adanya (semacam) bantuan langsung ( tunai) kepada rakyat dan bantuan kepada UKM/SME yang saat ini betul-betul usahanya dalam keadaan terkapar. Saya pun mendiskusikan dengan teman-teman di sektor riil, di financial institution serta beberapa mantan pemegang otoritas kebijakan, tentang beberapa program yang bisa diusulkan kepada pemerintah, yang bisa dikaitkan dengan skema stimulus yang tersedia. Diskusinya sangat menjanjikan, seperti mengsingkronkan portofolio yang sudah ada di Lembaga-lembaga Keuangan seperti BRI, PNM, Lembaga Penjaminan Kredit, Fasilitas KUR serta PTSL (kepemilikan serifikat tanah oleh rakyat) bahkan dengan program Kemendes, dan semuanya itu menjadikan konsepnya lebih berdaya ungkit untuk ekonomi rakyat dan lebih doable untuk segera diimplementasikan.

    Menyikapi tentang pilihan-pilihan kebijakan lockdown atau karantina wilayah. Terus terang saya dari awal tidak setuju dengan lockdown sepenuhnya. Karena single identity number KTP yang kita punya, belum sepenuhnya mendukung. Sulit untuk melakukan delivery logistic yang proper untuk semua penduduk terutama untuk pangan dan produk esensial lainnya. Kebijakan untuk ini tidak bisa dilakukan dengan ketergasaan.

    Kebijakan-kebijakan dadakan itu sangat berbahaya. Contoh Itali dan di India. Akibat kebijakan dadakan, grocery diserbu dan RS chaos. Akibatnya malah terjadi ledakan kepanikan dan kecemasan, phisical distancing nya juga berantakan. Padahal kedua-keduanya adalah potensial penyebab meledaknya jumlah korban. Saya sangat menyesalkan kebijakan dadakan di Jakarta seperti pengurangan layanan transportasi yang tiba-tiba, yang menjadikan kerumunan warga yang luar biasa. Serta program penjualan kebutuhan pokok murah. Kerumunan-kerumunan itu berbahaya. Dan ketika Gubernur DKI meminta karantina wilayah (lockdown) malah terjadi kepulangan warga (besar-besaran) ke kampung, ini semua potensial menyebarkan wabah. Gubernur DKI piawai bertutur kata. Hanya saja kebijakannya membahayakan jiwa. Saya setuju konsep seperti cara Korea. Dan nampaknya Pemerintah Pusat mengarah kesana dengan berbagai penyesuaian.

    Presiden kekurangan nya memang di “gesture”. Tampilannya kadang kurang meyakinkan. Tetapi nyalinya “besar” dan kemauannya “sangat besar” namun terukur. Mudah-mudahan dalam kapasitas kita, bisa ikut mewujudkan harapan dan impiannya.

    Saya berpendapat saat ini Alam sedang “self healing”. Virus corona adalah bagian dari system self healing tsb yg dilepaskan alam utk hal itu. Bagi manusia ini perubahan luarbiasa. Memang tidak ada yg siap, maka ekonomi pun bukan saja Shock tetapi Stop. Dampaknya jauh lebih besar dari krisis th 98 atau 2008. Dari self healing ini, coba tengok ke langit. Biru!

    Tadi pagi saya jogging, udara terasa segar tidak pengap seperti biasanya.
    Dari London orang bisa kembali melihat Eifel. Hal yang hampir mustahil dilakukan dengan gerakan Lingkungan apapun untuk mengembalikan kondisi udara secepat ini.

    Bayangkan jika wabah ini telah berlalu bukankah alam akan kelihatan lebih baik, lebih segar lebih hijau lebih bersahabat. Dan manusia (kita) pun lebih sehat, keluarga pun lebih dekat. Masya Allah.. Alhamdulillah. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba nya yang pandai bersyukur! Aamiin.

    Kita pun harus bersiap-siap dengan perubahan besar di perilaku konsumen. Dalam jangka pendek permintaan barang dan jasa akan bergeser ke hal-hal yg esensial. Pemenuhan kebutuhan akan di supply dari jarak yang lebih terjangkau. Semua perubahan ini positif bagi orang-orang yang siap menyongsong perobahan, Think locally and act locally, but for our Big Nation.

    Setelah wabah reda, komposisi kebutuhan tenaga kerja jelas akan berubah total. Yang work from home kemungkinan besar tidak akan 100% kembali pergi ke kantor .

    Akan ada adjustment Supply chain management . Security Health System di semua negara semakin powerful. Politik ketahanan pangan, sandang, energi akan lebih inward looking. Digitalisasi semua sektor akan mengalami percepatan, dan semua akan berusaha melipatgandakan pemanfaatan big data. (Data raya) Bila kita survive dan siap, maka semuanya hanya akan bertambah baik.

    Masalahnya ada dimasa kritis saat ini. Apakah nature self healing ini, kita semua bisa survive? Karena itu tidak ada pilihan: Diam di rumah, makan minumlah yang baik, cukup istirahat dan cukup olahraga. Berjemur, sering-sering cuci tangan. (Bagi umat muslim bahkan sebelum wudhu pun cuci tangan dulu) pake maskernya. Dan ikuti semua protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

    Optimisnya tentu kita bisa, selain harus berdisiplin sesuai protokol, optimis karena negara kita tercinta memiliki dua hal yang utama yaitu ketersediaan resources dan memiliki konsumsi domestik yang proven. Dan (ini yg utama) “karena kita selalu menyertakan Tuhan dalam setiap tindakan kita”.

    Last but not least, survival of the fittest ini, pemenangnya adalah Bangsa-bangsa yang tough! Saya perkirakan kedigdayaan Barat bisa berakhir, bukan karena mereka lebih lemah. Tetapi bisa karena mereka berlebihan dalam penganggaran yg menyebabkan terjadinya “moral hazard”.

    Penganggarannya tidak salah namun moral hazard nya bisa menenggelamkan mereka. Saat ini dollar US dan curency negara-negara Eropa sudah sangat tinggi. Ditambah moral hazard (apabila terjadi secara masif) maka competitiveness mereka sirna seketika. Dan saat itu Timur akan mengambil alih kedigdayaannya. Semoga kita termasuk Bangsa Timur yang digdaya yang sejahtera bersatu dan Mulia… Aamiin.

    Tuhan Yang Maha Pengasih Maha Penyayang Yang Maha baik memberkahi Bumi untuk menyembuhkan diri dan peradaban serta untuk menata ulang kemanusiaan. Dan kita yang pasti tidak kebetulan dipertemukan untuk meneruskan jalur kebaikan Nya.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here