LUMAJANG, KabarKampus – Sejatinya desa adalah nyawa dari Indonesia, seperti yang dikatakan Presiden RI pertama Indonesia, Ir. Soekarno “Jikalau aku melihat wajah anak-anak di desa-desa dengan mata yang bersinar-sinar “Pak Merdeka; Pak Merdeka; Pak Merdeka!” Aku bukan lagi melihat mata manusia Aku melihat Indonesia”. Hal inilah yang mendorong Ismam Saurus, musisi solo folk asal Lumajang terus berkarya menyuarakan realitas yang ada di kampung halamannya.
Dikelilingi pesona pariwisata alam seperti gunung dan air terjun tidak juga membuat Lumajang terlihat seperti surga. Memang Lumajang dianugerahi Bupati yang tegas dan amanah namun masalah pungli dan korupsi seperti kasus terkini yang menyeret 2 pejabat Dinsos Lumajang masih mewarnai daerah tersebut. Tema kehidupan desa yang tidak hanya didominasi keindahan alam namun juga kompleksitas politik, sosial dan lingkungan di Lumajang yang menjadi pengaruh besar dalam penulisan lagu-lagu Ismam Saurus.
Hit singles yang pernah Ismam Saurus luncurkan seperti “Cangkul Dan Sabit, Si Miskin, Gembala dan Tentu lagu Orang Desa” seperti menjadi gambaran jujur kehidupan pedesaan atau bisa dibilang “folk” atau merakyat yang otentik. Tidak hanya kehidupan pedesaan, sudut pandang orang perantauan dari kota yang dekat dengan desa menuju kota besar yang dikelilingi beton dan hiruk-pikuknya juga tertuang di lagu “Tinggal Di Jakarta”. Gaya kepenulisannya pun diakui tidak lepas dari pengaruh folk serta country Bob Dylan, Johnny Cash dan Iwan Fals yang kental dengan tema sosial. Pula, tidak menutup pengaruh musik lain seperti band pop The Beatles yang selalu mampu membuat lagu-lagu catchydan populer. Namun, dengan influence-influence tersebut, Ismam Saurus tidak menutup diri dari musik-musik modern.
Album terbaru yang diberi judul “Orang Desa” ini direkam di Lumajang bersama sound engineer sesama musisi Lumajang yaitu Viky Yonata, diproduseri oleh Gahtan Thoriq serta diolah mixing-masteringnya oleh Dipo. Ismam Saurus pun seakan memanfaatkan waktu-waktu panjang PPKM selama November 2020 sampai Oktober 2021 untuk menyelesaikan album ini. Memang hikmahnya pengetatan mobilitas, orang lebih banyak mempunyai waktu untuk di rumah dan berkarya.
EP Gembala yang rilis di bulan April 2021 serta video yang rilis November yaitu “Pembangunan” seakan menjadi preambule menuju full album “Orang Desa”. Album yang masih bernaung di label rekaman Comforting Sounds Record ini sudah bisa dinikmati secara digital sejak 2 Desember 2021 lalu.
Album “Orang Desa” melengkapi 9 tahun karir musisi solo folk dari Lumajang ini sejak tahun 2012. 4 album penuh pernah ia rilis sebelumnya yaitu Pluvia (2015), Nano (2020), Dari Sebuah Malam Di Era Mati (2020), EP Gembala (2021) dan beberapa single seperti “Laron”, “Tidak Ada Judul” dan “Mati Bosan”. Lagu-lagunya selalu kaya tema, jauh dari tema kebanyakan seperti hubungan percintaan.