
Sejak tayang perdana April 2024 lalu, Civil War langsung jadi bahan obrolan hangat di kalangan mahasiswa. Terutama mereka yang kuliah di jurusan komunikasi, hubungan internasional, dan film. Pasalnya, film ini tidak hanya menyajikan ketegangan politik fiksi, tetapi juga menggugah pertanyaan moral dan profesional, seperti apa peran jurnalis di tengah konflik besar?
Civil War mengisahkan perjalanan empat jurnalis, yaitu Lee (Kirsten Dunst), Jessie (Cailee Spaeny), Joel (Wagner Moura), dan Sammy (Stephen McKinley Henderson) yang melakukan perjalanan ke Washington D.C. di tengah konflik sipil besar Amerika Serikat. Negara ini sedang dalam kondisi terpecah, di mana beberapa negara bagian membentuk aliansi bersenjata melawan pemerintah pusat.
Kelebihan film ini adalah akting Kirsten Dunst sangat kuat dan emosional. Ditambah skor musik yang membangun suasana tegang. Begitu pun sinematografi dan pengambilan gambar “semi dokumenter” terasa imersif. Naskahnya juga reflektif dan relevan. Namun ada pun kekurangan filmnya, bagi beberapa penonton narasinya terasa lambat di awal.
Film ini juga tidak menjelaskan latar konflik secara rinci sehingga ending yang “dingin” bisa bikin sebagian orang frustasi. Namun film ini bukan tentang siapa benar dan siapa salah. Melainkan tentang bagaimana jurnalis bertahan hidup, merekam kenyataan, dan mempertanyakan batas etika profesi ketika peluru mulai berbicara lebih keras dari prinsip.
Hal yang membuat film ini menggigit bukan hanya aksi tembak-menembak atau ledakan, tetapi bagaimana cara para tokohnya mempertanyakan hal-hal besar dengan cara yang sangat personal seperti, sampai mana batas netralitas jurnalis? Apa yang lebih penting dari menyelamatkan nyawa atau merekam kebenaran? Atau, apakah objektivitas bisa bertahan di tengah kehancuran?
Film ini tidak menawarkan jawaban pasti. Ia justru melemparkan pertanyaan ke penonton dan itu yang membuatnya cocok untuk ruang diskusi kampus. Civil War sangat cocok ditonton oleh mahasiswa jurnalistik dan komunikasi, pecinta film politik dan thriller realis, penonton yang suka cerita penuh refleksi moral.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






