Ahmad Fauzan Sazli
Mupa Sinaga, Pedagang buku di stasiun Pondok Cina, Depok. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI
Akhirnya surat pemberitahuan penggusuran kios dari PT.KAI sampai juga di tangan Mupa Sinaga (33), pedagang buku di stasiun Pondok Cina (Pocin), Depok. Dalam waktu enam hari ia harus mengosongkan kios yang disewa dari PT.KAI di stasiun tersebut.
Mupa adalah penjual buku-buku kuliah, majalah, dan komik. Koleksi bukunya berjumlah ribuan. Buku-buku itu hampir memenuhi dua kios yang disewanya berukuran 3 x 3 Meter.
Sudah lima hari waktu berlalu, besok, Mupa harus mengosongkan kiosnya. Namun Ia belum juga menemukan solusi kemana ia harus memindahkan buku-bukunya. Apalagi modal untuk menyewa kios baru belum cukup.
Tak berpikir panjang, akhirnya Mupa menjual bukunya secara kiloan ke pedagang barang bekas. Jumlahnya tak sedikit, buku tersebut beratnya mencapai 1.5 Ton. Harganya sekilonya 700 Rrpiah.
“Buku itu diludahi saja rusak. Apalagi kena air hujan. Dari pada buku-buku ini menjadi tempe lebih baik jadi uang,” kata Mupa di depan kiosnya yang telah tutup, Kamis, 03/01/2013.
Buku termurah yang dijual Mupa 25 ribu rupiah. Sedangkan yang termahal 100 ribu rupiah. Dengan menjual bukunya secara kiloan, Mupa mengaku mengalami kerugian hingga 100 juta rupiah.
Sebagian buku-buku Mupa dititipkan di sebuah tempat yang tak jauh dari kiosnya. Tempat yang menurutnya aman dari penggusuran. Tempat yang pemiliknya tidak mendapat surat pengosongan seperti dirinya dari PT. KAI.
Sudah lima tahun Mupa mengontrak kios tersebut. Ia membeli bangunan kios tersebut dengan harga 20 juta rupiah per kios kepada PT.KAI. Sementara untuk sewa tanahnya, ia membayar 4,6 juta per tahun.
Mupa adalah seorang ayah beranak tiga. Ia dan keluarganya tinggal di Cileungsi Bogor. Saat ini Mupa hanya mencari nafkah dari berjualan buku di stasiun Pocin, Depok. Meski telah menjual sebagian bukunya, Mupa masih berharap PT.KAI mengurungkan niatnya menggusur pedagang di sana.[]