More

    Bahaya Mengintai Pendaki Gunung Tanpa Ilmu

    Hartanto Ardi saputra

    13 08 2013 Pendakian Rinjani 05 KakaYOGYAKARTA, KabarKampus– Kegiatan mendaki gunung saat ini sedang populer di masyarakat. Tak heran bila sedang musim pendakian, sejumlah gunung terlihat ramai seperti pasar.

    Salah satu gunung yang ramai di daki adalah Gunung Merapi. Dari data yang dikeluarkan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM), jumlah pengunjung wisata alam gunung Merapi pada 2012 mencapai 146.119 pengunjung. Jumlah itu meningkat pada 2014 mencapai 392.206 pengunjung.

    - Advertisement -

    Menanggapi meledaknya kegiatan mendaki gunung di Indonesia, Regeyanto Banyu Satria, Wakil Ketua Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Madawirna, Universitas Negri Yogyakarta mengatakan, banyak faktor penyebab terjadi ledakan jumlah pendaki. Salah satu faktornya ialah beredarnya foto selfie dari pendaki di media sosial.

    “Menurut saya itu juga dampak yang ditimbulkan dari media sosial. Banyak orang berselfie di gunung. Jadi wajar saja jika banyak orang tertarik naik gunung,” ujarnya, Rabu, 17 Juni 2015.

    Selain itu, menurut Satria, munculnya film-film tentang petualangan juga menjadi faktor penyebab banyaknya orang mendaki gunung.

    Satria mengungkapkan, mendaki gunung itu bagus untuk membentuk kepribadian seseorang. Hanya saja pendaki perlu mengetahui prosedur pendakian yang aman. “Klo mendaki nggak tau ilmunya, akan mengakibatkan kesasar, terserang hipotermia, dan cidera,” katanya.

    Satria memberi contoh, ada dua kasus mahasiswa Yogyakarta tewas saat mendaki gunung pada kurun 2015. Masing-masing ialah mahasiswa UIN Yogyakarta, Ahmad Zaenuri pendaki yang meninggal di Gunung Sindoro dan mahasiswa Unuversitas Atma Jaya, Erri Yunanto pendaki yang meninggal di kawah Gunung Merapi.

    “Banyak kesalahan mendasar yang dilakukan pendaki, misalkan pakai sandal, celana jeans, tidak membawa jas hujan, tidak membawa tenda, dan kompor gunung,” ujarnya.

    Satria juga menyayangkan pada pendaki yang asal naik tanpa mempelajari tipikal gunung yang akan didaki. “Misalkan naik gunung Merapi. Kita harus mencari data berapa jumlah jalur pendakian resmi, jumlah pos, tipikal kontur gunung, sumber mata air, bahaya-bahaya yang mungkin ditemui, bagian punggungan gunung yang curam,” ujar Satria.

    Sementara itu Rian Hermawan, Ketua Mahasiswa Pecinta Alam, Mapalaska, UIN Yogyakarta, menambahkan, prosedur keamanan pendakian meliputi ilmu medan, peta, dan kompas (IMPK), Search and Rescue (SAR), managemen perjalanan, dan pertolongan pertama. “Managemen perjalanan itu menyiapkan mulai darai peralatan, logistik, dan dana. Survival itu untuk bertahan hidup. Semua itu dalam membentuk persiapan mental,” ujarnya.[]

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here