Nunuk Ambarwati
Ketika suatu siang, seorang sahabat, Iwan Effendy, merekomendasikan saya untuk melihat karya Roby Dwi Antono; saya begitu luar biasa senang, seperti menemukan oase di tengah gurun (seni rupa Yogyakarta). Dan kemudian saya seperti menemukan ‘idola’ baru.
Roby Dwi Antono, lahir tahun 1990 di Ambarawa, Jawa Tengah. Roby tinggal dan bekerja sebagai seniman, illustrator dan desainer grafis di Yogyakarta sejak tahun 2010. Masih belia, karyanya sungguh menyegarkan, dan seseorang yang rendah hati ketika saya berjumpa pertama kali dengannya. Mengaku mulai menggambar sejak bangku taman kanak-kanak, namun Roby bukanlah lulusan pendidikan seni, dia mendalami teknik melukis saat dia duduk di bangku STM (Sekolah Teknik Mesin). Ketika di STM tersebut, Roby mengambil jurusan desain grafis.
Seingatnya, media pertama yang ia gunakan adalah pensil, kemudian pensil warna, pastel, cat air dan cat poster. Roby juga pernah mencoba media kertas, kanvas hingga kayu. Roby mengeksplorasi media-media tersebut dalam proses belajarnya. Rasa penasaran untuk mencoba media-media yang baru selain pensil selalu saja mendorongnya untuk berkarya.
Dan saat ini ia sedang mempelajari media acrylic di atas canvas, sementara untuk cat minyak, Roby mengaku belum berkesempatan mencobanya.
Karya-karyanya sangat terpengaruh oleh seniman senior seperti Mark Ryden, Marion Peck, Nicoletta Ceccoli, Ray Caesar, Jana Brike, Dilka Bear. Keluarga, sahabat, kejadian sehari-hari juga turut berperan dalam memengaruhi proses berkaryanya. Seperti tentang masa kecil dan masa lalunya, soal cinta, saat seorang teman sharing. Tetapi Roby mengaku, Mark Ryden adalah salah satu favoritnya, baginya karyanya sungguh menakjubkan.
Mark Ryden adalah seniman asal Amerika. Dia adalah raja dari gerakan Pop Surealisme. Tidak hanya dari segi visual yang sangat halus dan indah, namun karena misteri dalam karyanya yang sangat dalam. Ketika melihat karyanya, Roby serasa masuk ke dalam dan ikut merasakan apa yang dilukiskan.
Demikian juga ketika kita melihat karya-karya Roby, karyanya serasa campuran antara unsur lucu, imut, bahagia namun juga tragis, sedih dan pilu. Lebih kearah dunia mimpi. Unsur misteri dihadirkan untuk orang lain supaya orang bebas merenung dan menarik kesimpulan mereka sendiri atas karya-karyanya.
Mengambil tema ‘Imajinasi’, bermula dari obrolan Roby dengan seorang teman perihal cita-cita di masa kecil. Menurut Roby kita tidak pernah membatasi apa yang akan kita lakukan di masa depan, kita tidak pernah takut untuk membuat impian . Di balik imajinasi yang sangat tinggi tersebut terdapat ambisi yang sangat kuat untuk bisa menggapainya. Semangat itu yang dibawanya dalam presentasi perdana karya-karyanya. Mengutip dari Walt Disney – ‘If you can dream it you can do it’.
Beriringan dengan tajuk ini, Roby ingin berbagi tentang indahnya imajinasi anak-anak dan supaya kita selalu menjaga impian-impian tersebut agar tetap ada. Karena biasanya seiring bertambahnya usia, ambisi kita untuk menggapai impian sewaktu kecil mulai terbentur dan terbayang-bayang rasa takut gagal. Ide yang besar terkadang berasal dari imajinasi yang mustahil. Maka bebaskanlah imajinasimu, pesan Roby.
Roby pun juga melakukan survei kepada teman-temannya untuk mengetahui impian mereka ketika kecil. Survei ini dilakukannya dengan acak, mulai dari teman yang sebaya, usia di bawahnya, hingga yang berusia jauh di atas Roby. Dari hasil yang ada, kemudian Roby memilih dan memilah impian-impian yang menurutnya menarik dan sangat imajinatif. Baru kemudian ia mulai menuangkan setiap imajinasi ke dalam karya, dengan dibalut karakter, style khas Roby serta dibumbui dengan imajinasi-imajinasi Roby sendiri. Jadilah 15 karya baru yang saat ini dipamerkan. Dan dilengkapi dengan 5 karya lamanya sebagai referensi komparasi.
Meskipun karya-karyanya termasuk dalam aliran surealis, namun eksekusi karyanya terinspirasi dari kejadian sehari-hari (realis) yang dialaminya. Untuk pameran kali ini Roby menampilkan seri karya drawing dengan media pensil di atas kertas. Drawing menurutnya adalah ibu dari keindahan dalam karya rupa. Semua karya yang indah berawal dari drawing /sketsa sederhana. Tetapi dalam karyanya, drawing disini adalah karya utuh. Bukan sebatas sketsa. Teknik drawing yang ia gunakan untuk karya-karyanya adalah teknik arsir detail, bukan dusel. Dengan menggunakan pensil mekanik. Argumentasinya, pensil mekanik lebih detail dalam menjangkau ruang yang kecil sekalipun. Jadi objek yang kecil tetap bisa dikerjakan dengan detail.
Sementara alasannya menggunakan pensil dan bukan media yang lain, karena baginya, pensil lebih mudah untuk menyampaikan ide karya. Dengan pensil, Roby juga menikmati setiap goresan dan guratannya. Ketika goresan-goresan tersebut disatukan dengan intensitas ketebalan yang tidak sama, akan menghasilkan tebal tipis sehingga terwujudlah suatu objek gambar/drawing yang indah. Ketrampilan teknik dengan cat acrylic juga tetap bisa kita lihat dalam salah satu karya yang dia pamerkan yang berjudul ‘PILU LALU’.
Bila kita amati dalam karya Roby khususnya drawing, selalu menyisakan ruang kosong (space). Menurutnya dengan ruang kosong tersebut ia bisa lebih membuat subyek dalam karyanya mendapatkan fokus yang tepat. Sehingga audience lebih mudah untuk membedah apa maksud yang disampaikan di balik karyanya. Meskipun mungkin karyanya beraliran surealis cukup susah untuk dipahami. Baginya ruang kosong dalam sebuah karya adalah udara untuk ‘bernafas’ si subyek karya. Argumentasi-argumentasi diatas berdasarkan latar belakang pendidikannya di dunia desain grafis.
Ah…tentang kelinci. Dialah si Kinci. Karakter yang selama ini dipakai Roby dalam karya-karyanya. Menurutnya si Kinci kelinci adalah hewan yang menyimbolkan kesenian, sensitif terhadap keindahan, kenyamanan dan menyukai rahasia; meski kelinci kadang murung dan masa bodoh. Kelinci juga binatang yang lucu. Kelinci membenci keputusan, kekerasan, kritik, ketidak-rapian dan hal yang kotor. Roby mengaku demikian halnya dia, karakter kelinci yang ada dalam karya dia sebenarnya adalah dia sendiri, alter ego Roby. Bagi Roby , ia hanya ingin orang mengenalnya dengan kelinci-kelinci ini.
Untuk melihat-lihat Si Kinci silakan datang pada pameran tunggal Roby yang berjudul “Imajinasi” di Tirana House & Artspace, Jl.Suryodiningratan No 55 Yogyakarta. Pameran berlangsung 21 April – 30 Mei 2012.
Selamat berapreasiasi, tetaplah berimajinasi dan semoga terinspirasi![]
* Nunuk Ambarwati penulis seni rupa, aktif dalam kegiatan seni budaya, tinggal di Yogyakarta