More

    Special Forces : Benarkah Hanya Untuk Satu Nyawa

    Frino Bariarcianur

    Commander Kovax (Djimon Hounsou) dalam film Special Forces garapan sutradara Stéphane Rybojad.

    Perancis tidak siap melihat warga negaranya dipotong hidup-hidup. Untuk mencegahnya, pemerintah Perancis mengirimkan pasukan khusus.

    Kisah ini bermula ketika seorang jurnalis perempuan Perancis, Elsa Casanova (Diana Kruger) bertugas di Kabul, Afganistan. Ia mewancarai Maina, seorang perempuan Afgan yang dijual ke penagih hutang. Ibunya bunuh diri, kakaknya sendiri disayat oleh suaminya. Ia adalah salah satu korban dari kerasnya kehidupan di Afganistan di bawah rezim Taliban.

    - Advertisement -

    Ia meminta agar Elsa jangan lagi datang ke Afganistan. Lantaran Zaef, salah satu pemimpin Taliban akan membunuh Elsa. Maina tau ia sendiri juga akan dibunuh karena telah menceritakan kejahatan Taliban. “Kau harus pergi dan merubah kisahku. Pulanglah dan jangan kembali,” kata Maina.

    Wawancara itu tak selesai.

    Jurnalis yang memiliki dedikasi tinggi itu tetap bersikukuh ingin menyelamatkan Maina. Jiwa kemanusiaan Elsa tak terima jika Maina harus dibunuh. Amin, salah satu pembantu Elsa juga memperingatkan. Jangan terlibat terlalu jauh. Tapi Elsa tak peduli. Petaka itu pun terjadi. Elsa dan Amin akhirnya ditangkap. Dihadapkan kepada sang pemimpin Taliban, Ahmed Zaief (Raz Degan).

    Dalam karya jurnalistiknya Elsa menyebut Zaief sebagai penjagal dan musuh terburuk bagi wanita Afganistan. Zaief marah. Namun ketika belati sudah dileher Elsa. Pemimpin Taliban itu berubah pikiran. Gantinya Elsa harus menyaksikan pembunuhan Saleymani salah satu informannya.

    Video itu dikirim. Perancis gempar. Presiden Perancis menyatakan,”Orang Perancis tidak boleh dipenggal hidup-hidup di dunia ini.”

    Sementara pasukan khusus Perancis sedang mempersiapkan misi penyelamatan. Meskipun tak ada jaminan Elsa atau pasukan itu bisa keluar dengan nyawa di badan. Hanya 6 orang saja yang dikirim.

    Mereka adalah Commander Kovax (Djimon Hounsou) yang baru saja merayakan ulang tahun, Lucas (Denis Menochet), Victor (Alain Figlarz), Tic-Tac (Benoît Magimel), Marius (Alain Alivon) dan si penembak jitu (sniper) Elias (Raphaël Personnaz).

    “I love this job,” kata Victor dengan logat Perancisnya. Mereka pun berangkat menuju sarang Taliban.

    Mereka mengintai sarang Taliban. Dan dor dor dor dor…Maina dieksekusi . Sebelum eksekusi itu, Elias sang penembak jitu diminta untuk tidak menembak. Ia geram. “Kita ke sini bukan untuk itu.” Kata Kovax. Setelah eksekusi barulah keenam pasukan khusus itu bergerak.

    Hanya penonton yang tahu bahwa yang dieksekusi itu adalah orang yang ingin diselamatkan oleh Elsa.

    Mengeluarkan Elsa dan Amin dari sarang Taliban berhasil. Tapi bukan berarti cerita selesai. Stéphane Rybojad, sutradara film ini membangun ceritanya dengan lebih apik. Maka pengejaran yang dilakukan oleh Taliban seperti seorang atlit lari 100 meter. Zaief benar-benar ingin segera mendapatkan mereka semnua.

    Pasukan khusus, Elsa dan Amin melintasi pegunungan. Mereka terus berlari. Hari demi hari. Dan ketika tiba di satu perkampungan, ketegangan film menurun.

    Kampung itu menerima mereka dengan baik. Tapi sayang keceriaan mereka harus berakhir. Taliban terus menyerang. Pemimpin kampung yang memberikan salan dijawab oleh Zaeif dengan satu tembakan di kepala dari jarak dekat. Kampung itu pun dibantai. Zaeif benar-benar naik pitam incarannya lolos.

    Amin kembali ke kampung. Ia tak bisa meninggalkan masyarakat kampong pegunungan yang telah menyambut mereka dengan baik. Keputusan Amin rupanya diikuti pasukan khusus. Akhirnya mereka kembali ke kampong. Amin tewas.

    Mereka terus berlari. Menuju pegunungan bersalju. Mereka harus  melewati pegunungan ini agar sampai ke Afganistan. Pada bagian ini kita akan melihat bagaimana Elias sang penembak jitu berlari mengalihkan pengejaran Taliban kepada Elsa. Ia sendirian. Ia selalu yang terakhir berlari. Posisinya selalu menjadi benteng berjalan untuk timnya.

    Marius, Elias, dan Victor tewas. Mereka semakin emosional.

    Film Perancis ini memang cukup dramatis. Ambil contoh salah satu aktor yakni Djimon Hounsou pemeran Kovax,sangat keren. Tokoh ini berhasil memerankan seorang pemimpin tim yang berwibawa. Pada salah satu adegan ia mengeluarkan semua emosinya. Ketegarannya sebagai pemimpin seolah musnah ketika sahabatnya, Lukas harus merenggang nyawa. Ia menangis sejadi-jadinya.

    Misi pasukan khsusus Perancis ini pun tidak bisa dikatakan berhasil. Tidak juga gagal. Perjalanan mereka yang ingin menyelamatkan Elsa, jurnalis, warga Perancis harus menelan banyak korban. Nara sumber Elsa, Amin, penduduk kampung gunung, anggota pasukan, juga di pihak Taliban. Sebelas hari lamanya. Pasukan khusus Perancis ini berjuang untuk satu nyawa manusia.

    Tapi sepertinya sutradara tak ingin memvonis cepat kisah yang mengambil latar perang di Afganistan khususnya perang Barat versus Taliban. Dari salah satu tempat di Pakistan pasukan itu berusaha mencapai perbatasan Afganistan. Darahnya pun berceceran.

    Di akhir film ini ada sebuah pertanyaan. Untuk apa menyelamatkan satu orang (warga Perancis yang jurnalis) dengan mengorbankan ratusan orang lainnya? Tapi inilah sisi lain sebuah perang yang diinginkan para pemegang kekuasaan. Film ini bukan untuk kejayaan pasukan Perancis. Bukan pula untuk seorang jurnalis. Sama sekali bukan. Film ini menyatakan semua orang telah menjadi korban.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here