More

    Puisi Perempuan Revolusi Depan Istana Negara

    Frino Bariarcianur

    08032013 perempuan sedunia 6_kakaka

    Di depan istana negara, ia lantang mengeluarkan isi hatinya. Perempuan muda bernama Zely Ariane ini membacakan puisi tentang perjuangan kaum perempuan Indonesia.

    - Advertisement -

    Berikut cuplikan puisi berjudul “Air Mata Api” karya Zely Ariane :

    di kaki-kaki dan ketiak ‘suami’
    dalam pelukan anak-anak kami

    tidak, tidak lagi
    air mata harus jadi api, dalam organisasi, dalam pikiran-jiwa kami
    dalam tindakan tanggung jawab kami, dalam revolusi

    kami bukan yang pertama melawan kodrati
    dan ketika kami berani,
    maka kami bukan yang terakhir
    pasti

    Sore itu ribuan perempuan dari berbagai profesi turun ke jalan memperingati Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2013. Mereka tetap bersemangat di bawah hujan. Berjalan kaki dari Bundaran HI menuju Istana Negara.

    Kaum perempuan menuntut kesetaraan baik di dalam kehidupan sosial, budaya, hukum dan politik di Indonesia. Tetapi perjuangan kaum perempuan tidak mudah.

    Puisi Zely Ariane menunjukkan betapa kerasnya kehidupan perempuan Indonesia. Mereka juga bekerja di pabrik-pabrik, di kantoran, sama-sama berjuang bersama laki-laki membangun kehidupan keluarga yang baik. Tapi tetap saja, perempuan-perempuan yang bergerak dalam revolusi ini dinomorduakan. Tidak dianggap penting dalam perubahan.

    Puisi yang lahir dari pengalaman demi pengalaman itu pun bernada geram. Sekaligus menunjukkan keberanian. Di atas mobil komando, Zely Ariane kembali mengeraskan suaranya.

    Demikianlah,
    butir-butir itu kami usap, langkah kaki berderap, bola mata kami mengkilap, siap
    keberanian langkah awal kami, kemanusiaan dasar jiwa kami, kasih sayang kegemaran kami,
    keyakinan membesarkan kami, ketajaman hasil belajar kami,
    kemenangan harapan kerja kami

    agar semua manusia dapat mengerti dan merasakan cinta, dengan setara. bukankah itu  mulia?

    ketika sampai pada titik ini, perjuangan akan terasa nikmat digeluti,
    hingga, setiap kejahatan hidup manusiwi adalah matahari yang mematangkan nurani kami

    agh,
    butir-butir air kini menjadi derai api, perempuan-perempuan revolusi.

    Jumat sore itu, di depan Istana Negara, puisi Zely Ariane, membuat beberapa perempuan yang ikut demonstrasi menitikkan air mata. Persembahan teaterikal jalanan pun memaparkan betapa kisah perempuan Indonesia, masih saja terpinggirkan dalam kehidupan.

    Selamat hari perempuan. Selamatkan kehidupan. []

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here