More

    UGM Gelar Konferensi Wayang Internasional

    Frino Bariarcianur

    wayang landung_frino

    Wayang Indonesia sudah terkenal di seluruh dunia. Ada yang dinamakan wayang golek, wayang kulit, wayang orang, wayang beber dan sebagainya. Namun keberadaan salah satu kekayaan budaya ini bisa hilang jika generasi muda tidak lagi menganggap wayang sebagai sesuatu yang penting.

    - Advertisement -

    Atas dasar inilah Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Dinas Kebudayaan DIY akan menggelar pameran dan konferensi wayang tingkat internasional, 21-25 Agustus 2013 di pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri dan Hotel Inna Garuda Yogyakarta. Acara yang meliputi konferensi ilmiah hingga pertunjukkan ini akan melihat perkembangan wayang-wayang di Indonesia.

    “Kegiatan ini melibatkan para akademisi dan komunitas pemerhati wayang yang bertujuan untuk memberikan informasi dan publikasi luas kepada mayarakat tentang seni tradisional wayang kulit dalam pengembangan seni tradisional,” ungkap ketua pelaksana, Dr. Ida Rochani.

    Kegiatan yang mengusung tema “Wayang Untuk Kemanusiaan” diikuti 30 komunitas pemerhati wayang dari berbagai daerah. Pada acara pembukaan pameran wayang nanti akan ditandai dengan penorehan goresan mural wayang  oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X dan Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc.

    Lebih lanjut Ida mengatakan UGM sebagai balai nasional kebuadayaan ingin megembangkan tradisi wayang dan mesosialisasikan wayang kepada masyarakat.

    “Kita prihatin, wayang kini sudah tidak diminati generasi muda, padahal telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia,” kata Ida yang menjabat sebagai ketua pengelola Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM.

    Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, GBPH Yudhaningrat, wayang yang telah diakui dunia seharusnya menjadi kebanggan seluruh masyarakat Indonesia.

    “Oleh karena itu, sudah sepantasnya produk budaya tersebut dilestarikan. Bahkan dari cerita dan tokoh wayang tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Jangan sampai merosot dan ditinggalkan karena tidak lagi tontotan dan tuntunan,” Yudhaningrat. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here