Agus Oloan Naibaho
Tidak dapat dipungkiri lagi, suasana kota merupakan salah satu magnet bagi masyarakat desa untuk melakukan Urbanisasi atau eksodus besar-besaran untuk mendapatkan peningkatan taraf hidup mereka ke arah yang lebih baik. Harapan akan banyaknya peluang kerja di perkotaan semakin meningkat dengan banyaknya investor di berbagai bidang, baik perdagangan, manufaktur, property, dll. Akibatnya, urbanisasi tidak terelakkan lagi, bahkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyaknya pendatang di perkotaan ditambah lagi dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, menuntut ketersediaan lahan sebagai tempat pemukiman baru semakin meningkat pula, demikian juga dengan tuntutan ketersediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya, banyak lahan-lahan produktif dan ruang terbuka hijau mengalami peralihan fungsi.
Hal ini tentu saja menimbulkan dampak sosial yang besar, terutama bagi keseimbangan ekosistem di dalam perkotaan itu sendiri. Suhu panah yang meningkat pada musim kemarau dan banjir yang terjadi pada saat musim hujan, bahkan beberapa jam saja saat terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi, sudah mengakibatkan jalan-jalan di perkotaan mengalami genangan air yang cukup tinggi. Saat musim kemarau melanda, tingkat suhu yang tinggi, panas dan menyegat serta debu yang beterbangan menjadikan jalan-jalan di perkotaan bagaikan kabut debu yang menimbulkan berbagai penyakit.
Perlu adanya solusi atas permasalahan tersebut. Berikut penulis akan coba uraikan tentang karakteristik perumahan di perkotaan, serta konsep pemanfaatan halaman rumah di perkotaan, sebagai salah satu solusi atas dampak ketidak seimbangan ekosistem, dampak global warming yang telah sudah sangat memprihatinkan ini :
Karakteristik Perumahan Perkotaan
Masyarakat urban biasanya dicirikan dengan banyaknya tenaga kerja dengan keterbatasan skill (keterampilan) sehingga mereka menduduki strata ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, tingginya tingkat permintaan perumahan untuk kelas menengah ke bawah tidak dapat dipungkiri lagi. Pesatnya pembangunan perumahan di perkotaan dengan harga yang terjangkau oleh sebahagian besar masyarakat tersebut, menyebabkan sebahagian besar perumahan di perkotaan mempunyai beberapa karakteristik, sebagai berikut :
Lahan Sempit
Pesatnya pembangunan perumahan menyebabkan harga property meningkat dengan pesat juga. Didukung dengan adanya keterbatasan lahan membuat banyak perumahan mempunyai luasan lahan yang terbatas, cenderung sempit. Biasanya luas pekarangan perumahan di perkotaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2;
Perumahan Tipe 36, dengan luas lahan sekitar 72 m2;
Perumahan Tipe 45, dengan luas lahan sekitar 90 m2;
Perumahan Tipe 54 atau 60, dengan luas lahan sekitar 120 m2.
Kurangnya Daerah Resapan
Kondisi pekarangan yang relative sempit, biasanya dimanfaatkan semuanya untuk area rumah, tanpa ada sedikit menyisakan ruang terbuka sebagai daerah resapan air. Bahkan, kalaupun ada areal pekarangan yang tidak dimanfaatkan untuk area rumah, biasanya masyarakat cenderung lebih mengutamakan untuk menutup areal tersebut dengan semen dan semen aspal, sehingga hal tersebut akan berakibat kurangnya resapan air dan dapat mengakibatkan banjir, apabila intensitas hujan cukup tinggi. Kondisi tersebut juga mengakibatkan perumahan menjadi gersang dan panas.
Saluran Air Tidak Tertata Dengan Baik
Biasanya setiap perumahan dibangun parit-parit kecil sebagai aliran limbah rumah tangga. Namun biasanya parit-parit ini kurang tertata, dan tidak jelas alirannya di luar komplek perumahan, sering tidak mampu menampung air hujan, sehingga pada saat musim penghujan justru mengakibatkan luapan air dan menggenangi jalan-jalan beserta rumah-rumah yang posisinya lebih rendah atau setara dengan jalan raya.
Kepadatan Penduduk yang Tinggi
Tingginya laju pertumbuhan penduduk, juga dapat tercermin dari padatnya tingkat hunian penduduk pada setiap rumah. Padatnya penghuni menyebabkan keharusan penambahan ruang, sehingga cenderung memanfaatkan lahan pekarangan yang tersisa untuk membangun tambahan ruang yang dapat dimanfaatkan oleh penghuninya sebagai tempat tinggal.
Polusi Udara
Kurangnya ruang terbuka hijau dan tingginya kepemilikan kendaraan roda dua, roda empat, betor, truk dan angkot mengakibatkan tingginya polusi udara di perkotaan tidak terhindarkan lagi. Debu dan pencemaran udara melalui gas-gas yang dihasilkan akibat kendaraan semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan hal ini dapat mengganggu kesehatan manusia dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang.
Alternative Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Karakteristik perumahan di perkotaan cenderung membuat penghuninya kurang merasa nyaman. Padahal fungsi rumah adalah sebagai tempat beristirahat setelah lelah satu harian beraktifitas di luar rumah, mencari nafkah, melakukan kegiatan satu harian di rumah. Recharge (mengisi kembali) energy yang telah terkuras atau dikeluarkan selama satu harian beraktivitas merupakan fungsi rumah. Lebih lanjut, fungsi rumah adalah tempat bertemunya kembali orang tua dengan anak, istri dengan suami dan penghuni rumah lainnya, sehingga rumah itu seharusnya ditata lebih baik, lebih nyaman dan lebih sehat. Oleh karena itu diperlukan solusi agar kondisi ideal perumahan dapat tercapai dengan baik. Beberapa alternative pemanfaatan lahan pekarangan yang dapat dilakukan adalah :
Penggunaan Paving Block dan Pembuatan Lubang Biopori
Penggunaan paving block membuat lahan masih mampu menyerap air dengan baik, sehingga apabila terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi masih mampu ditampung dan diserap dengan baik. Demikian juga halnya dengan adanya lubang biopori yang merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam mengatasi banjir dengan cara : meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organic menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumaah kaca, memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman.
Budidaya Tanaman
Budidaya tanaman pada lahan pekarangan, selaras dan mengacu pada program gerakan percepatan optimalisasi pekarangan melalui Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak tahun 2012. Sesuai dengan kondisi lahan yang semakin sempit, maka konsep budidayanya adalah dengan cara intensifikasi lahan yang ada agar dapat dimanfaatkan lebih secara optimal. Alternative budidaya tanaman pada lahan pekarangan dapat berupa :
Penanaman 1 Pohon Serbaguna per Rumah
Pohon serbaguna dimaksud adalah pohon yang mempunyai manfaat lain selain kayunya itu sendiri, misalnya bunga, buah, dll. Contoh jenis pohon serbaguna, adalah pohon buah-buahan, seperti mangga, jambu, lengkeng, dll. Selain keberadaan pohon ini yang mampu menyerap polutan (gas CO2, debu), juga dapat memberikan suasana yang sejuk, menambah kerindangan, sebagai penghasil O2, akarnya juga dapat menahan tanah pekarangan rumah dari erosi, serta buahnya juga dapat dikonsumsi sebagai penambah gizi bagi keluarga. Selain ditanam langsung di pekarangan rumah, dapat juga penanaman pohon tersebut dilakukan dengan menggunakan pot-pot yang besar.
Penanaman Tanaman Hias
Tanaman hias akan menambah nilai estetika (seni) lahan pekarangan dan rumah. Pemilihan kombinasi tanaman hias dapat dilakukan dengan memperhatikan warna, habitus, juga aroma tanamannya. Dengan demikian akan terwujud taman yang mampu berfungsi sebagai tempat bercengkerama dan rekreasi bagi seluruh anggota keluarga, sehingga keakraban antara anggota keluarga dapat terjalin dengan baik, namun tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Keluarga dapat berkumpul dengan santai di depan rumah atau dipekarangan rumah yang telah dijadikan taman dan tetap menjalin keakraban di taman rumah.
Penanaman Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup)
Penanaman sayur-sayuran pada lahan yang terbatas, memungkinkan untuk dilakukan, seiring dengan berkembangnya teknik dan teknologi bercocok tanam. Penanaman dapat dilakukan dengan metode vertikultur. Adanya penanaman berbagai sayuran akan dapat menambah asupan gizi bagi anggota keluarga, dan tidak tertutup kemungkinan dapat menambah penghasilan keluarga. Minimal ada cost atau pengeluaran belanja untuk sayur-mayur bisa ditabung atau dialihkan untuk membeli perlengkapan rumah tangga yang lain dengan adanya metode Penanaman Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup) ini.
Penanaman Tanaman Obat Keluarga (Apotik Hidup)
Saat ini, kecenderungan untuk mengkonsumsi obat herbal semakin meningkat. Oleh karena itu, penanaman tanaman obat sangat dianjurkan untuk dilakukan. Dengan demikian, apabila ada keluhan penyakit ringan, masih dapat ditanggulangi dengan baik, sehingga menghemat biaya berobat yang saat ini sangat tidak murah. Penggunaan lahan pekarangan untuk Apotik Hidup sangatlah dianjurkan saat ini, sehingga kita mampu memperkenalkan kepada anggota keluarga akan jenis tanaman dan fungsinya bagi kesehatan kita, sehingga pengetahuan akan penggunaan obat herbal dapat terjaga dan terpelihara hingga anak cucu kita nantinya.
Penanaman tanaman hias, sayur-sayuran maupun tanaman obat dapat menggunakan wadah yang berasal dari limbah rumah tangga, misalnya: botol-botol bekas, bekas kemasan makanan, dll. Wadah-wadah tersebut dapat dihias, sehingga dapat menambah nilai estetika (seni). Alangkah baiknya juga apabila pengelolaan tanamannya dilakukan secara organic, artinya tidak menggunakan unsur-unsur kimia terutama untuk proses pemupukan tanaman. Pupuk dapat diperoleh dari kompos yang berasal dari lubang-lubang biopori yang telah dibuat tadi, berasal dari proses pembuatan kompos, dimana ranting-ranting, daun-daun diolah dan dijadikan kompos. Dengan demikian konsep pemanfaatan lahan pekaragan rumah secara terpadu dapat dipenuhi dengan baik.
Keuntungan Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu mempunyai berbagai macam keuntungan bagi pemilik rumah, diantarannya :
Terciptanya lingkungan yang asri, indah dan sehat
Menambah ruang terbuka hijau
Terciptanya keakraban antar anggota keluarga, karena setelah beraktivitas seharian di luar rumah, mereka dapat kembali bercengkerama dan berkumpul di rumah yang asri, indah dan sehat. Fungsi rumah sebagai tempat istirahat dan recharge energy yang terkuras dapat terpenuhi dengan baik dan dengan biaya yang murah.
Mengurangi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, karena sayur-sayuran telah dapat terpenuhi dari lahan pekarangan rumah. Sayur-sayuran yang dihasilkan lebih segar dan tentu saja lebih sehat karena dikelola secara organic.
Menambah penghasilan keluarga, minimal ada pengeluaran yang dapat dijadikan tabungan keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah dapat menambah penghasilan atau meminimalisir pengeluaran keluarga dengan penanaman sayur-sayuran dipekarangan rumah.
Kesehatan lebih terjaga.
Kesimpulan:
Lahan pekarangan yang sempit di perkotaan bukanlah merupakan alasan untuk tidak memanfaatkanya dengan optimal. Penanaman, baik pohon yang menghasilkan buah-buahan, tanaman hias, sayur-sayuran maupun tanaman obat dapat dilakukan dengan intensifikasi lahan dan teknik maupun teknologi bercocok tanam yang modern, seperti vertikultur. Banyak keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal.
Sumber : Tulisan bersumber dari : www.aguslab.blogspot.com
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi, lokasi : SMA Negeri 13 Medan.