Naziela Soniq
Semenjak manusia zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang, manusia selalu mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya. Peradaban manusia sekarang telah mengalami banyak kemajuan, baik dari segi kebiasaan maupun segi budaya. Melalui orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Manusia sekarang telah mengalami zaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan pada bidang perindustrian.
Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti, telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia dan kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini. Karena jika dihitung dalam jumlah presentasi, hanya ada 97,5% orang dari 100 % orang yang masih peduli dengan dampak dari perindustrian pada saat ini. Namun, dampak yang paling mengkhawatirkan kelestarian bumi adalah dengan adanya Global Warming.
Global Warming adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca’’. Untuk itu perlulah adanya perbaikan lingkungan guna mencegah terjadinya permasalahan ini. Progam yang dapat dilakukan guna mengatasi permasalahan ini adalah, pembuatan green house atap rumah (green roof) di atas gedung bertingkat, rumah-rumah penduduk, dll.
Hal ini dapat digunakan sebagai pengganti hutan yang gundul. Pohon yang banyak ditebang guna pemanfaatan industri, dll, mengharuskan rumah menjadi green house (rumah hijau) sebagai pengganti hutan yang gundul. Dengan cara membuat kebun yang bisa ditanami sayuran, bunga, pohon-pohon kecil di atap rumah. Dalam perhitungan, jika atap rumah mempunyai luas 140 m2 dalam satu kota ada 1000 rumah maka sama dengan menanam penghijauan seluas 140.000 m2. Dengan kata lain kita melakukan penghijauan dengan luas 14 hektar lahan. Atap rumah sebagai media, dimana di desa dan di kota media atap rumah akan mudah kita jumpai.
Dengan demikian, selain memenuhi kebutuhan dasar manusia menuju aktualisasi diri, maka rumah juga mampu memelihara keseimbangan lingkungan (ekosistem).[]