More

    “Gerakan Sayang Bumi” Solusi Sederhana Rekondisi Bumi Lestari

    Prita Dwia

    Isu kelestarian lingkungan seyogyanya tidak hanya menjadi permasalahan dalam negeri Indonesia. Tajuk ini bahkan menarik perhatian masyarakat dunia, sebagaimana tercantum pada Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2000. Sebanyak 180 negara anggota PBB telah menyepakati 8 tujuan pokok program MDGs, salah satunya yakni menjamin kelestarian lingkungan.

    Penarikan isu lingkungan ke kancah internasional menjadi bukti bahwa dunia membuka mata akan nasib bumi. Terbentuknya MDGs juga menegaskan adanya upaya serius menanggulangi kerusakan lingkungan yang telah timbul, salah satunya akibat pemanasan global.

    - Advertisement -

    Telah diketahui bahwa efek pemanasan global menimbulkan perubahan cuaca yang cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir. Cuaca terkadang sulit diprediksi. Sebut saja perubahan periode 2 musim di Indonesia. Kini tak lagi pasti terjadi musim penghujan antara bulan Oktober-April, begitu pula periode  musim kemarau. Efek kecil yang terus-menerus terakumulasi, dikhawatirkan menghasilkan ancaman ledakan-bom waktu. Bumi bertambah panas, suhu permukaan air laut meningkat, belum lagi peningkatan volume air laut akibat mencairnya bongkahan es di daerah kutub.

    Dampak fenomena tersebut terkadang tidak dirasakan langsung di masa kini, melainkan di masa mendatang, yaitu masa di mana generasi penerus kemudian lahir. Lantas, haruskah mereka menanggung kerusakan bumi akibat ulah generasi pendahulunya?

    Sebagai aktor pengelola isi bumi yang dibekali akal pikiran, sudah waktunya manusia beraksi-menyongsong kembali homeostasis kehidupan melalui gerakan sayang bumi. Sebuah gerakan untuk meminimalkan sampah, seperti sampah kantong plastik yang terurai memakan waktu ratusan tahun.

    Menurut data Program Lingkungan PBB (UNEP), produksi plastik dunia tahun 2010 mencapai 265 juta ton atau naik sekitar 149 juta ton (15%) sepanjang 16 tahun terakhir. Sementara itu, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 26.000 ton per hari.

    Ketergantungan kantong plastik di masyarakat perlu dikurangi dengan cara diet kantong plastik, misalnya membawa kantong belanja sendiri, mengalihfungsikan plastik dengan goodie bag ataupun memakai kembali kantong plastik bekas layak pakai. Dengan menurunnya pemakaian  kantong plastik, maka produksi plastik dapat ditekan sehingga jutaan barel minyak bumi—bahan produksi—dapat diselamatkan.

    Gerakan ini  dapat pula diaplikasikan dengan pembuatan sejumlah biopori dan pengadaan tanaman di halaman setiap bangunan. Selain berfungsi sebagai drainase¾menghindari genangan serta banjir—biopori juga dapat berfungsisebagai wadah pembuangan sampah organik di mana proses pembusukan sampah  menjadi kompos terjadi. Akibatnya, kualitas air tanah dan tanaman akan menjadi lebih baik. Adanya tanaman dapatmembantu mengurangi serta mengubah emisi karbondioksida menjadi oksigen melalui proses fotosintesis. Udara pun menjadi sejuk dan  lingkungan berubah teduh secara otomatis.

    Masih banyak pengaplikasian sederhana yang mewakili gerakan sayang bumi: tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah organik-anorganik, tidak menyisakan makanan, menggunakan listrik dan sumber daya alam secara bijak, serta mengelola sampah dengan tepat melalui sistem 3R (Reuse, Reduce, Recylce).

    Kelestarian lingkungan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan kemauan dan kesadaran dari semua lapisan masyarakat untuk berperan aktif menjaga lingkungan tempat tinggalnya. Demi kepentingan bersama dan keberlangsungan kehidupan anak cucu di masa mendatang. Apabila setiap orang memiliki orientasi terhadap gerakan sayang bumi, maka proses terwujudnya rekondisi bumi lestari akan mengalami percepatan. Hal ini selaras dengan harapan dunia menuju tercapainya MDGs tahun 2015.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here