More

    Mahasiswa ITB Manfaatkan Sinar Laser Untuk Investigasi TKP Lakalantas

    Ahmad Fauzan Sazli

    Mahasiswa ITB manfaatkan sinar laset untuk investigasi TKP Lakalantas. foto. ITB
    Mahasiswa ITB manfaatkan sinar laset untuk investigasi TKP Lakalantas. foto. ITB

    Pasca terjadinya kecelakaan lalu lintas, biasanya  pihak Dirlantas Polri melakukan investigasi penyebab terjadinya kecelakaan. Namun tidak jarang investigasi yang dilakukan memakan waktu lama, bahkan menimbulkan kemacetan.

    Berangkat dari sana, Falih Muhtadi, mahasiswa Teknik Geodesi 2009 ITB, mencoba memanfaatkan laser untuk memodelkan TKP kecelakaan lalu lintas. Ia menggunakan Terrestrial Laser Scanner (TLS) sebagai alat untuk  menciptakan pemodelan 3 dimensi (3D) dari suatu TKP kecelakaan. Cara ini lebih unggul dari pendokumentasian TKP kecelakaan lalu lintas pada umumnya.

    - Advertisement -

    “Pemanfaatan TLS dalam pendokumentasian TKP kecelakaan lalu lintas ini dapat mempersingkat waktu investigasi, yang berpengaruh pula pada kemacetan lalu lintas di sekitar TKP,” katanya.

    Ia menjelaskan, TLS merupakan sebuah alat ukur yang dapat menghasilkan suatu model 3D dengan memanfaatkan sifat-sifat laser. Sayangnya, penggunaan TLS di Indonesia sejauh ini masih terbatas pada pemodelan gedung, analisis kemiringan, hingga sedimentasi sungai saja.

    Falih pun mencoba memanfaatkan TLS pada dengan memodelkan suatu TKP kecelakaan lalu lintas. Menurut riset yang telah dilakukannya, Dirlantas POLRI membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk melakukan investigasi dan pendokumentasian TKP. Investigasi itu juga biasanya menyebabkan kemacetan lalu lintas.

    “Dengan melakukan pemindaian dengan TLS, TKP dapat dimodelkan dalam bentuk 3D dalam waktu relatif singkat. Hal ini tentu saja akan membantu proses investigasi kecelakaan lalu lintas,” ujar Falih.

    Selain itu, menurut Falih, dalam penelitiannnya, ia menggunakan Leica Scanstation C10 sebagai alat utamanya. Prinsipnya sederhana, laser ditembakkan, dipantulkan oleh objek, lalu ditangkap lagi oleh alat dalam bentuk titik koordinat untuk dimodelkan.

    Ia menjelaskan, penembakan pulsa laser harus bersifat kontinu, sehingga diperoleh serangkaian data koordinat yang disebut point clouds. Point clouds inilah yang kemudian menjadi bakal model 3D dari TKP kecelakaan lalu lintas.

    Simulasikan Kecelakaan Sesungguhnya

    Untuk mencoba membuat model 3D dari simulasi TKP kecelakaan lalu lintas yang sesungguhnya, Falih merencanakan jumlah pemindaian. Menurut Falih, pemindaian dengan menembakkan pulsa laser idealnya dilakukan dari 4 arah penjuru mata angin. Pemindaian tersebut untuk memperoleh model yang ideal.

    Mahasiswa ITB Manfaatka laset untuk investigasi lakalantas. foto. ITB
    Mahasiswa ITB Manfaatka laset untuk investigasi lakalantas. foto. ITB

    Selain itu, ia juga merencanakan dengan matang penempatan lokasi kendaraan-kendaraan dalam simulasi kecelakaan lalu lintas yang hendak dibuatnya. Setelah itu, Falih mulai melakukan pemindaian dengan resolusi tinggi dan resolusi rendah untuk kemudian dibandingkan hasilnya.

    Hasil simulasinya pun tak mengecewakan. Dengan TLS, Falih dapat menghasilkan suatu model 3D dari TKP kecelakaan lalu lintas dalam waktu hanya 56 menit saja untuk resolusi sedang, dan 189 menit untuk resolusi tinggi.

    Adapun, untuk wilayah Indonesia yang rata-rata area TKP kecelakaan lalu lintasnya relatif tidak luas, Falih berpendapat bahwa pemindaian resolusi menegah sudah cukup untuk memodelkan TKP kecelakaan dalam bentuk 3D.

    Dalam melakukan pemindaian, hal yang cukup menantang bagi Falih adalah melakukan penghapusan derau, atau penghapusan objek-objek yang tidak relevan dengan kejadian kecelakaan.

    “Tantangan lainnya adalah objek yang gelap reflektansinya rendah, sehingga pantulan pulsa laser agak sulit untuk dipantulkan dan ditangkap kembali. Hal ini dikarenakan objek gelap bersifat menyerap cahaya,” ujar Falih.

    Falih berharap, penggunaan TLS di Indonesia dapat dijadikan sebagai metode komplementer dalam investigasi kecelakaan lalu lintas. Menurutnya, data yang diperoleh dalam bentuk point clouds tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk pemodelan TKP dalam bentuk 3D saja.

    “Dengan pemanfaatan yang lebih intensif, point clouds juga dapat digunakan untuk mengestimasi sudut datang, kecepatan kendaraan, posisi antar objek, dan berbagai hal lainnya dari suatu kecelakaan,” kata Falih.

    Falih berharap, dengan dengan melakukan kajian dan penelitian lebih mendalam, TLS dapat dimanfaatkan sebagi alat yang sangat membantu dalam investigasi kecelakaan lalu lintas di Indonesia.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here