Film karya sutradara Joshua Oppenheimer berjudul “Senyap” atau “The Look of Silent” berhasil merebut perhatian publik anak muda Indonesia. Film yang mengisahkan tentang rekonsiliasi diputar di sejumlah kota bertepatan dengan peringatan Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia.
Di Bandung misalnya, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung bekerja sama dengan IFI Bandung menggelar pemutaran film “Senyap” (10/12/2014) yang dihadiri rata-rata mahasiswa. Film diputar di auditorium IFI Bandung sebanyak 2 kali. Sebelum pemutaran film, seorang seniman Bandung, Wanggi Hoediyatno, melakukan long march selama 5 jam. Wanggi dikenal sebagai seniman pantomim yang aktif menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan.
AJI Bandung berharap dengan pemutaran film karya Joshua Oppenheimer, generasi muda khususnya di kota Bandung dapat melihat tragedi kemanusiaan tahun 1965 lebih jelas.
“Dengan menolak lupa, kita memetik pelajaran untuk terus tumbuh dewasa dengan tidak bersembunyi dalam kepura-puraan. “Senyap” karya Oppenheimer adalah satu lagi diskusi tentang peristiwa 1965 yang menolak klise,” ungkap Ag. Tri Joko Her Riadi, sekretaris AJI Bandung.
Menurut Joko, film “Senyap” adalah film yang jujur dan berani membongkar kebuntuan rekonsiliasi antara keluarga korban, yang diwakili oleh Adi Rukun, dengan keluarga para pelaku. Tidak mudah menjalani hidup sebagai orang yang terlibat dalam kisah panjang tragedi kemanusiaan. Adi Rukun menjumpai setiap orang.
Lebih lanjut sekretaris AJI Bandung ini mengungkapkan diskusi, dialog, dan rekonsiliasi merupakan jalan panjang. Persis seperti kepompong yang tak juga ditampilkan bersalin rupa menjadi kupu-kupu hingga film selesai.
Sementara di kota Malang, pemutaran film “Senyap” tak berjalan mulus. Militer di Malang rupanya masih berburuk sangka dengan film ini. Dengan dialog yang baik, akhirnya pemutaran tetap berlangsung.
Film “Senyap” merupakan film ke-2 Joshua Oppenheimer setelah film berjudul “Jagal” atau “The Act of Killing”. Film pertama Joshua sempat masuk nominasi Oscar. []