More

    Anggota ISIS White Jihadi Diidentifikasi Sebagai Jake, Remaja Asal Melbourne

    ABC AUSTRALIA NETWORK

    Jake (tengah) remaja asal Melbourne yang bergabung dengan ISIS.
    Jake (tengah) remaja asal Melbourne yang bergabung dengan ISIS.

    Anggota kelompok teroris ISIS yang selama ini dijuluki white jihadi (pejihad kulit putih) asal Inggris telah diidentifikasi sebagai remaja asal Melbourne, Australia, bernama Jake (18 tahun).

    Foto Jake bersama dua anggota ISIS lainnya menyebar di media sosial pada Desember 2014. Dalam foto itu, Jake duduk diapit dua rekannya, menegang senjata otomatis dengan latyar belakang bendera ISIS.

    - Advertisement -

    Saat itu, media di Inggris menyebut pejihad berkulit putih ini sebagai warga Inggris. Namun ABC telah berbicara dengan dua sumber yang menyebutkan bahwa remaja ini benar adalah Jake asal Melbourne.

    Kelompok media Fairfax juga menyebutkan Jake sebagai remaja putus sekolah asal SMA Craigieburn di Melbourne.

    Salah seorang sumber ABC, Angela Scaffidi, mengatakan ia bertemu Jake tahun 2012 ketika melakukan magang di salah satu perusahaan komunikasi.

    “Ya tuhan, ini adalah benar adalah Jake,” katanya. “Dia pernah magang dengan kami, dia anak muda yang istimewa.”

    Anglea Scaffidi menambahkan, “Jake sangat berbakat dan cukup baik.”

    Ia menjelaskan, Jake juga memiliki blog pribadi dan banyak menulis isu-isu terkait Australia dan internasional.

    “Idenya adalah membiasakan menulis blog sebelum nantinya memasuki dunia jurnalistik,” jelas Scaffidi.

    Namun sumber ABC lainnya menyebutkan Jake termasuk remaja yang “aneh”.

    Kepolisian Federal Australia (AFP) yang dihubungi menyatakan pihaknya telah mendengar laporan ini namun tidak bersedia membenarkan atau membantahnya.

    Sementara itu pengamat keamanan Dr Leah Farrall daru University of Sydney menyatakan, orangtua di kalangan Muslim harus lebih waspada atas pola rekruitmen yang dijalankan oleh kelompok teroris ISIS.

    Rekruitmen secara online yang dijalankan ISIS sama dengan pola yang dijalankan para pedofil dalan menyasar korbannya melalui internet.

    “Mereka sama-sama dibujuk melalui narasi dan melalui pendekatan tokoh berpengaruh,” jelas Dr Farrall.

    “Jadi kunci utamanya adalah bukan dengan memposisikan masyarakat Muslim sebagai musuh, melainkan mengatasinya dengan cara yang sama dalam mengatasi eksploitasi yang dijalankan para pedofil,” jelasnya.

    “Jadi masyarakat Muslim harus dilibatkan, misalnya dengan memastikan kalangan orangtua memiliki pengetahuan teknis untuk mengawasi aktivias online anak-anaknya,” kata Dr Farrall.

    Namun menurut pakar keamanan internet dari University of Canberra Nigel Phair, hampir mustahil untuk menghentikan warga Australia mengakses berbagai website. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here