More

    Hapus Mata Rantai Pengemis di Makassar Dengan Keset Kaki

    Tim Aksi Indonesia Muda dengan produk buatan warga binaan.
    Tim Aksi Indonesia Muda dengan produk buatan warga kampung Dangko.

    Kampung Dangko Jongaya bagi orang Makaasar dikenal sebagai kampung pengemis di Kota Makassar. Karena sebagian besar pengemis di kota Makassar berasal dari kampung yang terletak di kecamatan Tamalate kota Makassar ini.

    Kampung ini memiliki 800 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 2500 jiwa. Dan hampir 70 persen warga di sana bekerja sebagai pengemis.

    Namun sejak 2012 lalu wajah kampung Dangko sebagai kampung pengemis dan kumuh sedikit berubah. Tak cuma pengemisnya yang tersebar di kota Makassar, namun kerajinan tangan berupa keset kaki buatan kampung Dangko juga tersebar di kota Makassar, bahkan kerajinan tangan ini juga telah tersebar ke luar negeri.

    - Advertisement -

    Kerajinan tangan ini dibuat oleh para mantan pengemis di kampung Dangko. Penggeraknya adalah mahasiswa dari berbagai kampus di kota Makassar yang tergabung dalam Aksi Indonesia Muda (AIM).

    Para mahasiswa ini mulai masuk ke kampung Dangko sejak tahun 2012 lalu. “Dulu  kita sering disuksi. Karena  terlalu panjang diskusi dan tidak ada hasil. Ketika itu kami berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih benmanfaat bagi mayarakat,” kata Derry Perdana Munsil, Presiden Indonesia Muda.

    Menurut Derry,  ketika itu di kota Makassar sedang ramai-ramainya pengemis yang sebagian besar berasal dari kampung Dangko. Dan karena setiap hari bertemu akhirnya mereka terpanggil untuk membantu mereka.

    Sebelum masuk ke kampung Dangko, pertama-tama Derry dan kawan-kawan menganalisis potensi yang bisa dilakukan di kampung tersebut. Kemudian setelah melakukan survei, ternyata di Makassar ada banyak konveksi yang memiliki sisa kain perca di kota Makassar dan tidak ada satupun industri yang memproduksi keset kaki.

    “Dari sanalah kami terpanggil untuk membuat keset kaki di kampung Dangko. Akhirnya kami cari orang dari Kampung Dangko. Orang orang yang mau berwirausaha dan mau hidup mandiri yang dulunya pengemis,” kata Derry.

    Warga kampung Dangko sendiri ketika ditawari untuk bergabung ketika itu cukup antusias. Sebanyak 50 orang ikut mendaftar. Warga juga menyatakan tidak akan mengemis lagi.

    Selanjutnya kata Derry, mereka mengumpulkan baju bekas untuk dijual kembali dan uangnya digunakan untuk modal membeli mesin jahit. Mereka juga memberikan pelatihan kepada warga di sana selama satu bulan, dan menyiapkan bahan serta membantu memasarkannya.

    “Alhamdulilaah sekarang dalam satu hari mereka bisa memproduksi 10 keset dan mereka mendapat gaji dari hasil kerajinan tangan itu 500 ribu perbulan,” kata Derry.

    Sebenarnya kata Derry, banyak warga kampung Dangko yang ingin bergabung dengan mereka. Namun hal itu belum dapat dilakukan karena gaji pengerajin keset saat ini baru 500 ribu rupiah perbulan.  Derry mengaku, mereka  baru akan menerima tenaga kerja ketika para pengerajin sudah mendapat gaji sebsar 1.2 juta rupiah.

    Derry mengungkapkan, upaya mereka membina dan memutus mata rantai pengemis di kampung Dangko bukan tanpa kesulitan. Banyak dari warga kampung Dangko merupakan eks kusta yang tidak mempunya tangan dan kaki. Jadi untuk menjahit mereka terkendala teknis.

    Kemudian masalah selanjutnya adalah mereka yang sebelumnya pengemis masih bermental pengemis yang selau ingin instan dan ingin cepat. “ Tapi alhamudlillah, mereka sekarang merasa lebih senang bekerja dibanding mengemis, karena konsep yang kami buat sistemnya partime. Jadi selain jadi pengerajin keset mereka juga bekerja sebagai tukang cuci mobil. Selain itu kami juga kontrak dengan mereka kalau mereka jadi pengemis lagi, kami tidak akan pekerjakan mereka lagi,” ungkap Derry,

    sejumlah keset kaki buatan warga Dangko, Jongaya Makassar.
    Keset kaki buatan warga Dangko, Jongaya Makassar.

    Saat  ini, selain memproduksi keset kaki, warga kampung Dangko juga memproduksi lampu hias, bros, dan berbagai asesoris lainnya. Barang-barang tersebut didistribusikan ke toko-toko yang ada di kota Makassar. Bahkan mereka juga bekerjasama dengan Pemkot Makassar untuk menggunakan keset dari kampung Dangko di seluruh dinas Kota Makassar. Tak hanya itu, mereka juga saat ini telah mengekspor lampu hias sampai Arab Saudi. Dan saat ini mereka sedang melengkapi berkas untuk bisa ekspor keset kaki ke Thailand.

    Saat ini, kata Derry, omset yang mereka peroleh adalah sebesar 30 Juta Rupiah perbulan dengan untung bersih sebesar 25 juta perbulan. Jumlah tersebut masih terus digenjot agar bisa menaikkan gaji warga di sana.

    Menjadikan Dangko Menjadi Kampung Percontohan di Makassar

    Aksi Indonesia Muda sendiri memiliki pengurus sebanyak 35 orang dengan jumlah volunter sebanyak 487.orang.  Gerakan yang mereka lakukan adalah memberdayakan masyarakat marginal.

    Di kampung Dangkon, para pemuda ini, selain bekerja selain membina kerajinan tangan, mereka juga mendata masyarakat Dangko untuk mendapatkan BPJS gratis. Selain itu mereka juga membuat rumah baca dan mengajar anak anak di sana setiap hari Sabtu dan Minggu.

    Tak cukup di sana, mereka juga menyulap kampung Dangko yang sebelumnya kotor dan kumuh, menjadi kampung yang hijau. Mereka melakukannya dengan memasang vertikal garden di sepanjang lorong.

    “Jadi sekarang orang sering masuk ke sana karena terpasang vertikal garden dari ujung lorong samapai ke belakang kampung,” kata Derry.

    Jadi menurut Derry, setelah mereka memasang vertikal garden penjualan kerajinan warga Dangko menjadi meningkat. “Kalau dulu orang tidak mau beli karena tau Dangko kumuh. Kini sudah punya brand yang baik,” ungkapnya.

    Menurut Derry, apa yang merek lakukan tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, namun juga pada aspek lingkungan, pendididkan, dan  kesehatan. Kampung itu mereka harapkan menjadi kampung percontohan di seluruh Makassar.

    “Kami  punya cita cita mengentaskan kemisikinan dan tali mata ranatai pengemis dari Danko. Jadi kami janji dengan orang kampung sana,  kami tidak akan tinggalkan masyarakat di sana sampai masalah di sana selesai. Dan  kami akan jadikan kampung Dangko menjadi kampung kerajinan tangan yang ada di Makassar,” ungkapnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here