Meski sudah 17 Tahun berlalu, peristiwa tragis yang menimpa dirinya dan putra ketiganya masih kuat dalam ingatan Ibu berusia 58 Tahun ini. Ketika itu ia dipukuli dan anaknya hilang diduga ikut terbakar di Yogya Plaza, Klender, Jakarta Timur.
Namanya adalah Rumina, saat peristiwa terjadi ia masih berumur 41 Tahun. Ia adalah pemilik salon di lantai dua Plaza Yogya yang terbakar 14 Mei 1998, 17 tahun lalu.
Saat ditemui Rumina sedang berada di Kantor Komnas Perempuan bersama para korban Tragedi 98 lainnya. Ia dan Komnas Perempuan sedang mempersiapkan acara peresmian Prasasti Kuburan Massal Tragedi 98 di TPU Pondok Rangun, Senin, (11/05/2015)
Rumina bercerita, pada tanggal 14 Mei 1998, anak ketiga bernama Gunawan (12 Tahun) datang ke salon miliknya yang terletak di lantai dua Yogya Plaza. Ketika itu Gunawan yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar ini datang dan meminta dibuatkan mie instan sebanyak dua buah.
“Sepulang sekolah, Gunawan sangat lapar dan meminta dibuatkan mie dua buah. Ini yang biasanya saya lakukan. Mengurus anak sambil bekerja,” kata Ibu dari lima anak ini.
Kemudian kata Rumina, pada pukul 14.00 WIB, saat Gunawan sedang berjoget-joget di dalam salon. Tiga pria berbadan besar mengamuk, mengacak-acak isi salon. Mereka menyemprot-nyemprotkan hairspray dan sejumlah alat kosmetik yang ada di dalam salon.
“Mereka mengusir, memegang dan menggampar saya dengan keras. Kemudian mereka mendorong kami keluar,” kata Rumina mengingat peristiwa itu.
Selanjutnya, katanya saat mencoba lari dan keluar dari plaza tersebut, anak yang berada dalam genggaman tangannya terlepas. Ketika itu suasana ramai, banyak orang-orang berteriak. Dalam sekejab Rumina pun kehilangan Gunawan.
“Anak saya terlepas dari tangan saya. Saya sudah mencari dan menunggu anak saya hingga pukul 17.00 WIB. Namun anak saya tak kunjung keluar dari Yogya Plaza tersebut,” ungkap Rumina sambil tersedu-sedu.
Rumina juga mengaku pada saat menunggu anaknya, ia juga melihat pemilik toko beras terkunci di dalam dan ikut terbakar di dalam tokonya. Banyak perempuan dikejar-kejar. Namun tidak ada yang menolong mereka.
Hingga pukul 19.00 WIB, sang anak masih tak kunjung kelihatan. Dengan rasa sakit akibat dipukuli dan bingung karena anaknya tak ditemukan, Rumina pun pulang ke rumahnya yang hanya berjarak kurang dari satu kilometer. Ketika itu, ia juga sempat melapor ke Polsek setempat.
Hingga kesokannya, anaknya masih belum juga ditemukan. Ia dan keluarganya pun terus mencari Gunawan. Bahkan suaminya yang anggota TNI mengundurkan diri dari pekerjaannya setelah tahu anaknya hilang dalam peristiwa tersebut.
Namun hingga hari ini, 17 tahun kemudian, Gunawan masih belum jelas keberadaanya. Meskipun berbagai upaya telah dilakukannya, mulai dari mendatangi Kontras hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Tak hanya itu, pertemuan terakhir dengan anak ketiganya pada 14 Mei 1998 lalu juga masih menyisakan traumatik yang mendalam bagi Rumina. Hingga sekarang ia masih tidak bisa tidur karena terngiang peristiwa tersebut. Dia juga tak sanggup mendatangi mall yang kini dikenal sebagai Mall Klender.
“Saya tidak sanggup ke mall itu meskipun dekat rumah. Kalau ke sana saya bakal tidak bisa tidur. Selain itu keluarga saya melarang,” ungkap Ibu yang kini membuka salon di rumahnya sendiri.
Bahkan kata Rumina, hingga saat ini rahang bekas pukulan dan tamparan pada peristiwa 98 tersebut masih sakit. Ia masih harus therapi untuk mengobatinya.
Saat ini Rumina mengaku hanya menginginkan keadilan. Pelaku kekejian tragadi 98 dihukum dan harus ada pengadilan HAM. “Kasus ini harus dituntaskan agar tidak terulang kembali kepada anak cucunya mendatang. Saya memilih Jokowi sebagai presiden karena ingin dia menutaskan kasus ini. Agar kematian anak saya tidak sia-sia,” tutur Rumina. []