Hartanto Ardi Saputra, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
YOGYAKARTA, Kabarkampus – Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) Indonesia menilai kekerasan mengatasnamakan agama di Indnesia mengalami peningkatan. Hal itu terjadi karena negara lalai mencegah konflik di tengah masyarakat.
Menurut Ahmad Junaidi, ketua Umum, SEJUK Indonesia, selama ini negara kerap lalai dalam mencegah konflik kekerasan di berbagai kasus. Padahal negara itu sudah tahu bakal ada penyerangan terhadap suatu kelompok.
“Tapi tidak ada langkah pencegahan,” kata Junaidi dalam worksop pers kampus yang diadakan oleh SEJUK dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta di Hotel Pandanaran, Yogyakarta, Jumat, (05/06/2015).
Junaidi menuturkan, seharusnya Negara melalui aparat hadir mencegah di tengah masyarakat. Karena mereka merupakan pembayar pajak yang harus dijamin hak dan rasa keamanan, apapun agamanya.
Selain itu menurut Junaidi, negara juga bisa jadi moderator dialog antar golongan umat beragama yang sedang berkonflik. Pendekatan dialog dinilai akan menemukan pemahaman yang komperhensif bagi semua pihak.
SEJUK pencatat terdapat sejumlah kekerasan atas nama Agama di Yogyakarta, yaitu penyerbuan pada acara diskusi buku tulisan Irshad Manji “Allah: Liberty and Love” di Lembaga Kajian Ilmu Sosial (LKIS), Yogyakarta, 2012. Selain itu juga pernah ada ancaman serangan ke kantor Rausyan Fikr (lembaga kajian filsafat dan mistisme), pada November 2013.
“Berbagai peristiwa konflik itu bisa mengancam keberagaman dan kebinekaan masyarakat Indonesia,” terang Junaidi.[]