
JAKARTA, KabarKampus – Asap akibat kebakaran hutan yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia memiliki dampak yang serius bagi kesehatan masyarakat. Sejumlah penyakit yang dialami masyarakat akibat asap kebakaran ini diantaranya asma, bronkitis, hingga infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
Menurut Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, Guru Besar Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, korban asap perlu mendapat penanganan yang serius. Karena tidak ada teknologi yang bisa membersihkan asap kecuali hujan.
“Solusinya, sumbernya harus dihentikan, karena kalau polutan sudah masuk ke udara, tidak ada teknologi yang bisa membersihkannya, kecuali hujan. Disaring juga tidak bisa karena memang sangat kecil ukurannya,” kata Prof. Dr. Haryanto yang juga mantan Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Pengelolaan Lingkungan Buatan ini.
Selanjutnya, kata Haryanto, selain pencegahan, masyarakat yang terpajan kabut asap harus dipetakan. Karena mereka merupakan populasi yang mempunyai risiko. Selain itu, pemerintah hendaknya terus memantau bahkan sampai setelah kabut asap menghilang.
“Ketika kabut asap selesai, jangan lalu menganggap semuanya selesai. ISPA yang menjangkit masyarakat belum tentu turun. Pajanan satu bulan cukup besar untuk mengakibatkan gangguan-gangguan lain, bisa juga kena penyakit yang tidak menular,” tambahnya.
Ia menuturkan, ada hubungan yang kuat antara debu dengan peningkatan jumlah penderita gangguan pernafasan. Debu tersebut bukanlah penyebab langsung timbulnya penyakit pernafasan yang berbahaya seperti ISPA.
“Namun merupakan pemicu yang sangat berbahaya,“ ujarnya.
Menurutnya, debu-debu dengan ukuran yang sangat kecil dapat menjangkau saluran pernafasan manusia.Untuk kesehatan masyarakat, kita harus memperhatikan debu-debu yang mempunyai ukuran kurang dari 10 mikron.
“Istilahnya yang kami sebut sebagai PM10, atau debu yang lebih kecil lagi dengan ukurannya kurang dari PM2,5. Debu tersebut kemudian bisa menjangkau sampai ke paru-paru bagian dalam atau alveoli,” papar Haryoto.
Dengan menghirup debu terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, kata Haryanto, maka akan timbul iritasi pada selaput lendir tenggorokan. Dampaknya kemampuan organ tubuh untuk menangkal polutan yang masuk dalam tubuh menjadi berkurang.
“Selanjutnya masuklah mikroorganisme yang menimbulkan infeksi,” jelas Haryoto lagi.
Haryanto mengungkapkan, lebih jauh lagi, permasalahan kabut asap bisa memicu masalah yang lebih serius, seperti kematian. Ini bisa dialami oleh orang-orang tua yang sudah menderita penyakit paru-paru, jantung dan sebagainya.
“Kemudian terpajan oleh kabut asap, mereka bisa saja kambuh. Dan kambuh itu bisa jadi menyebabkan kematian,” pungkasnya.