JAKARTA, KabarKampus-Polisi menduga kuat dalang teror Bom Sarinah adalah Bahrun Naim. Semasa kuliah di Solo, Bahrun Naim termasuk mahasiswa yang tidak menonjol.
Keterlibatan Bahrun Naim dengan organisasi radikal sebenarnya sudah lama, yakni ketika masih duduk di bangku SMA. Seluruh keluarga dan kawan-kawan tidak setuju tapi Bahrun Naim tetap bersikeras dengan pendiriannya.
Aktivitas Bahrun Naim dalam organisasi tersebut seperti tak terlacak dalam kehidupan kampus.
Semasa kuliah Bahrun Naim aktif dalam organisasi himpunan jurusan. Dia lulus program Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret, Solo. Bahrun Naim masuk tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005.
“Dia tidak begitu menonjol prestasi akademiknya,” ungkap Prof Sugiyarto, Wakil Dekan Fakuktas MIPA seperti dikutip dari TRIBUNNEWS.
Selama kuliah Bahrun Naim pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer. Dia dikenal mampu mengorganisir teman-temannya untuk membuat berbagai kegiatan. Sosok leadership inilah yang membuat dirinya dipercaya menduduki jabatan bergengsi di jurusan sebagai ketua himpunan.
Setelah lulus ia melirik bisnis warung internet yang tengah marak waktu itu.
Bahrun Naim memiliki nama asli Muhammad Bahrunnaim Anggih Tamtomo. Ada juga yang menyatakan nama aslinya Singgih Tamtomo dan Singgih Bagiono. Pria beristeri dua ini lahir di Pekalongan, 6 September 1983. Dia memiliki nama alias Abu Aisyah dan Abu Rayyan.
Pada tanggal 9 November 2010, Bahrun Naim ditangkap oleh Densus 88 Anti Teror di Jalan Mayor Sunaryo, Pasar Kliwon, Solo. Penangkapan tersebut mengundang reaksi protes saat itu. Bahkan tersiar kabar, Densus 88 melakukan penyiksaan terhadap Bahrun Naim selama proses investigasi di sebuah hotel.
Bahrun Naim ditangkap karena memiliki kedekatan dengan Imam Samudera dan tokoh-tokoh yang dianggap mendukung gerakan mendirikan negara Islam.
( Baca juga : Penampakan Website Bahrun Naim Dalang Bom Bom Sarinah – Thamrin )
Akhirnya pada tanggal 9 Juni 2011 Bahrun Naim divonis penjara selama 2 tahun 6 bulan oleh PN Surakarta atas kepemilikan 533 butir peluru laras panjang 7,62 mm serta 31 butir peluru senjata kaliber 9 mm.
Selama di penjara sosok Bahrun Naim dikenal sebagai orang yang baik. Dia juga suka mengajak tahanan yang lain untuk mendalami agama Islam dengan menyelenggarakan pengajian. Bila komputer staf rumah tahanan rusak, Bahrun Naim lah yang memperbaiki komputer.
Setelah masa tahanan habis, Bahrun Naim lebih banyak menyepi. Bersama istri dan anaknya, Bahrun Naim memutuskan hijrah ke Suriah.
Dalam tragedi Bom Sarinah pada tanggal 14 Januari 2016, pihak kepolisian kembali menduga Bahrun Naim sebagai dalang pengeboman dan penyerangan. Dalam serangan di Gedung Sarinah dan Pos Polisi Thamrin, Jakarta, 7 orang tewas. Lima diantaranya adalah pelaku teror dan 2 korban adalah warga. Dalam analisa pihak kepolisian, Bahrun Naim telah menjadi anggota ISIS dan berambisi menjadi pimpinan ISIS di Asia Tenggara.
Sementara ISIS secara resmi bertanggungjawab atas penyerangan teror di Jakarta.[]