
JAKARTA, KabarKampus – Rangga Dwimas Sasongko, sutradara dan penulis film “Surat Dari Praha” sangat menyayangkan tuduhan plagiasi yang dilontarkan oleh Yusri Fajar, penulis buku “Surat Dari Praha” dan juga dosen Universitas Brawijaya. Ia menilai tuduhan tersebut telah merugikan nama baik Visinema Pictures sebagai perusahaan film yang memproduksi film “Surat Dari Praha”.
“Kami sangat menyayangkan bahwa tuduhan plagiasi tersebut dilontarkan dan dipublikasikan sebelum film kami dirilis di bioskop sehingga belum dapat diakses oleh publik. Tuduhan plagiasi ini, secara nyata telah merugikan nama baik kami karena pemberitaan secara sepihak yang menggiring opini publik untuk menghakimi kami tanpa legal standing yang kuat,” kata Rangga membacakan klarifikasi dan pernyataan sikap terkait tuduhan plagiasi di Jakarta, Senin, (01/02/2016)
Menurut Rangga, perlu ditegaskan, mereka tidak pernah menerima somasi dari Yusri Fajar. Sehingga sulit bagi mereka untuk mempelajari dan merespon apa yang menjadi keberatan dari saudara Yusri Fajar secara hukum.
“Klaim soal telah dikirimnya somasi kepada kami oleh Yusri Fajar membuat kami merasa dirugikan karena dikesankan sebagai pihak yang tidak mau diajak mediasi dan keras kepala,” tutur Rangga yang juga sutradara dari film Cahaya dari Timur ini.
( Baca juga : Film “Surat Dari Praha” Hasil Riset Tiga Tahun )
Ia menjelaskan “Surat dari Praha” adalah film yang memiliki legal standing yang sesuai dengan perundang-undangan Hak Cipta Republik Indonesia. Film tersebut memiliki sertifikat hak cipta yang dikeluarkan oleh Ditjen HKI Kemenkumham dan telah mendaftarkan paten atas judul “Surat dari Praha” di kelas 41 terkait dengan Film Bioskop, kelas 9 terkait dengan Cakram Digital dan kelas 16 terkait dengan Poster.
“Terkait kesamaan tema yang dituduhkan oleh Yusri Fajar, perlu dipahami bahwa tema mengenai para eksil politik 1965 di Praha dan tempat lainnya adalah fakta sejarah, sehingga tidak bisa diklaim secara sepihak,” katanya.
Berdasarkan UU Hak Cipta Pasal 41 Ayat (2) Ide, temuan, data bukan merupakan objek hak cipta. Siapapun berhak menceritakan peristiwa yang terkait dengan sejarah, baik secara fiksi maupun non fiksi.
Selanjutnya mengenai kesamaan poster yang dituduhkan, Rangga menegaskan hal tersebut tidak mendasar. Poster yang ditunjukkan saat press conference bergambar Charles Bridge, yang memang merupakan ikon Kota Praha. Sama seperti menara eifel di Paris, Big Ben di London, Liberty di New York dan Monas di Jakarta. Poster resmi yang terdaftar di LSF bisa ditemukan di bioskop.
Adapun mengenai kesamaan Judul pada media seni yang berbeda adalah hal yang biasa terjadi dan bukan bentuk pelanggaran hak cipta karena hak cipta melindungi isi atau konten, bukan judul sebuah karya. Judul Surat dari Praha (Letter from Prague) sebagai buku juga pernah digunakan oleh Sue Gee pada tahun 1994 dan juga oleh Raya Czerner Schapiro dan Helga Czerner Weinberg pada tahun 1991.
( Baca juga : Belajar Soal Keberanian di Film Surat Dari Praha )
Terkait dengan komunikasi mereka dengan pihak Yusri Fajar, Rangga mengaku sudah menawarkan bentuk mediasi yang paling konstruktif dengan melakukan pertemuan yang ditengahi oleh ahli Hak Kekayaan Intelektual. Namun, gagasan ini tidak direspon secara konkrit oleh Yusri Fajar dan kuasa hukumnya.
Rangga menjelaskan, saat ini Visinema Pictures sebagai perusahaan film yang memproduksi film Surat Dari Praha telah mengirimkan somasi balik kepada Yusri. Namun sampai saat ini, tidak ada tanggapan maupun respon yang dari pihak Yusri Fajar.
“Kami merasa sudah menunjukkan itikad baik maksimal dengan menghubungi baik saudara Yusri maupun penasihat hukumnya namun selalu ditolak,” ungkap Rangga.[]