AUSTRALIA PLUS INDONESIA
Claudine Ryan, Tegan Osborne dan Dr Jocelyn Lowinger
Bisa jadi anda mengonsumsi ramuan herbal untuk mengatasi batuk, minyak ikan untuk kesehatan jantung Anda, atau bunga St John’s Wort untuk memperbaiki suasana hati. Pada tahap tertentu, suplemen menjadi bagian dari hidup anda.
Lebih dari setengah warga dunia mengonsumsi suplemen atau pengobatan komplementer lainnya tiap tahunnya, dan beberapa ahli mengatakan, jumlahnya bisa mencapai 80% dari warga dunia. Pada tahun 2014, industri obat komplementer, secara keseluruhan, menghasilkan pendapatan sebesar 3,5 miliar dolar (atau setara Rp 35 triliun), dan keuntungannya-pun meningkat.
Namun kenyataannya, sebagian besar dari kita begitu percaya pada suplemen. Kita sering tak tahu bahan apa yang mereka kandung, dari mana asal mereka atau apakah mereka bahkan efektif untuk kondisi kita.
Paling buruk, suplemen bisa berbahaya. Tapi bagi sebagian besar orang, ada sedikit bukti terpercaya bahwa pil ini bekerja untuk banyak kasus – dan keamanannya serta keefektivannya tak diatur ketat seperti yang Anda bayangkan.
Ini benar-benar mengandalkan kewaspadaan pembeli. Jadi beberapa hal apa yang perlu diingat sebelum Anda membeli dan menggunakan suplemen atau obat komplementer?.
Mereka bisa berbahaya
Sangat menggoda untuk berpikir bahwa suplemen itu ‘aman’ karena mereka ‘alami’. Tapi ‘alami’ tak sama dengan ‘aman’. Media di AS baru saja menayangkan program yang berisi tentang bahaya tersembunyi dari vitamin dan suplemen.
Program ini mengidentifikasi sejumlah suplemen yang telah dikaitkan dengan kerusakan hati, dengan satu suplemen penurun berat badan terkait dengan lebih dari 70 kasus kerusakan hati dan setidaknya satu kematian.
Tapi ini bukan hanya masalah di Amerika Serikat. Potensi bahaya dari menggunakan suplemen diet menjadi berita utama di Australia awal tahun ini, dengan kasus pria Australia Barat, Matthew Whitby, yang kehilangan hatinya – kemungkinan besar sebagai akibat dari mengonsumsi bubuk protein dengan ekstrak teh hijau.
Sejak saat itu, telah mencuat bahwa suplemen herbal telah dikaitkan dengan setidaknya enam transplantasi organ di Australia sejak 2011, dan banyak warga yang umum menggunakan suplemen diet telah dikaitkan dengan kerusakan ginjal.
Walau kasus ini terdengar mengerikan, farmakolog klinis, Profesor Ric Day dari Rumah Sakit St Vincent Sydney, mengatakan, kasus seperti yang menimpa Matthew adalah hal biasa dan bisa terjadi dengan obat yang diresepkan pula.
Dalam pandangannya, resiko mengonsumsi suplemen cukup rendah karena mereka telah diberi “paparan luas dalam populasi”.
Punya efek sampik dan merespon pengobatan
Dr Lynn Weekes, CEO dari NPS MedicineWise, mengatakan, beberapa orang menghadapi resiko yang lebih tinggi dari efek samping suplemen dan obat komplementer. Mereka yang paling beresiko termasuk perempuan hamil dan menyusui, anak-anak, orang-orang yang hendak menjalani atau baru sembuh dari operasi, mereka yang menjalani pengobatan kanker, orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah dan mereka yang mengonsumsi obat lain.
“Orang-orang yang mengonsumsi obat anti-pengentalan darah misalnya, seperti warfarin atau anti-koagulan terbaru, mereka tak seharusnya mengonsumsi ramuan herbal,” utaranya.
“Jika Anda minum ginko dan memadukannya dengan obat itu, Anda lebih mungkin untuk mengalami pendarahan,” sambungnya.
Dr Lynn mengatakan, kita semua, bukan hanya mereka yang minum obat secara teratur, harus berbicara dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen.
“Kadang-kadang, orang tak merasa bahwa mereka perlu untuk memberitahu dokter mereka, atau mereka sedikit malu untuk memberitahu dokter mereka, tapi kami benar-benar mendorong mereka untuk melakukannya. Karena, jika ada kemungkinan masalah, kita cenderung kena,” terangnya.
Bagi mereka yang menjalani pengobatan kanker -seperti kemoterapi dan radioterapi –percakapan dengan dokter ini sangat penting, kata Dr Joanna Harnett, dosen yang mengajarkan obat komplementer berdasarkan bukti di Fakultas Farmasi Universitas Sydney.
“Sayangnya literatur akan memberitahu kami bahwa orang-orang tak berkonsultasi dengan dokter mereka untuk berbagai alasan dan mereka tak selalu ditanya juga tentang penggunaannya,” ungkap Dr Joanna.
Beberapa suplemen dan herbal bisa mengurangi efektivitas atau meningkatkan level racun dari obat kemoterapi.
Tak akan sembuhkan kanker (atau penyakit besar lainnya)
Ada sangat sedikit bukti bahwa suplemen bisa mencegah, melawan atau menyembuhkan kanker. Dr Joanna mengatakan, suplemen apapun yang mengklaim bisa menyembuhkan kanker harus mengibarkan “bendera merah” bagi konsumen.
“Tak ada vitamin, mineral atau obat-obatan herbal yang telah mengalami uji coba ketat, dan menunjukkan mereka akan menyembuhkan kanker,” tegasnya.
Beberapa suplemen mengklaim membantu pencegahan kanker. Suplemen antioksidan, seperti vitamin A, C dan E serta suplemen beta-karoten, sering digunakan karena orang percaya bahwa mereka bisa membantu mencegah penyakit kronis, termasuk kanker.
Tetapi penelitian telah benar-benar menunjukkan, suplemen tertentu bisa lebih berbahaya ketimbang membawa kebaikan.
“Meningkatkan nutrisi vitamin, mineral dan tanaman dengan meningkatkan asupan buah dan sayuran, ada bukti yang jelas bahwa ini memainkan peran dalam pencegahan penyakit kronis, termasuk kanker,” utara Dr Joanna.
“Namun, ketika kami membawa mereka dan mengisolasi mereka dalam bentuk suplemen, kami bisa melihat tak ada perbedaan atau peningkatan resiko kanker tertentu,” imbuhnya.
Dalam satu studi dari tahun 1990an, sejumlah perokok diberi tambahan beta-karoten (zat yang ada di vitamin A dalam tubuh), dan ini terpaksa dihentikan setelah ada peningkatan signifikan dalam jumlah peserta yang mengalami kanker.
“Dari apa yang sudah diperkirakan, itu hasil yang berlawanan,” sebut Dr Joanna. []