More

    Mahasiswa UGM Ungkap Mitos Ritual Seks di Gunung Kemukus

    Para mahasiswa bersama juru kunci makam Pangeran Samudro, Gunung Kemukus. Dok. UGM
    Para mahasiswa bersama juru kunci makam Pangeran Samudro, Gunung Kemukus. Dok. UGM

    Mahasiswa Univesitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian terhadap mitos ritual seks yang ada di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah. Penelitian ini berlatar belakang sebuah tayangan video berjudul ‘Sex Mountain’ di You Tube yang dirilis oleh seorang wartawan Australia, Patrick Abbout. Video tersebut menayangkan hasil investigasi Patrick terhadap praktik ritual seks di kawasan wisata religi Makam Pangeran Samudro tersebut.

    Para mahasiswa ini merupakan mahasiswa Filsafat UGM yang terdiri dari Fitriadi, Taufiqurrahman, Melfin Zaenuri, Rangga Kala Mahaswa, dan Surya Aditya. Penelitian telah dilakukan pada pada bulan April 2016 lalu dan dikemas melalui PKM-P dengan sudut pandang yang cukup baru dan menarik.

    Menurut Taufiqurrahman, praktik ritual seks di Makam Pangeran Samudro tersebut dilegitimasi oleh tafsir yang sengaja dibelokkan oleh beberapa orang tentang riwayat dan wasiat Pangeran Samudro. Seperti yang disampaikan juru kunci makam, Pangeran Samudro adalah putra Raja terakhir Majapahit yang melakukan perjalanan mencari sanak-saudaranya. Dalam perjalanan itulah Pangeran Samudro wafat dan berwasiat bahwa siapa saja yang nantinya datang berziarah harus mempunyai hati yang senang, percaya, dan mantap seperti akan datang ke rumah kekasihnya.

    - Advertisement -

    “Wasiat itulah yang disalahtafsirkan oleh beberapa orang  ngalap berkah di Makam pangeran Samudro harus berhubungan badan,” kata Taufiqurrahman.

    Taufiqurrahman melanjutkan, dari data yang mereka ditemukan di lapangan, ada beberapa orang yang mempunyai kepentingan secara ekonomis berkat adanya praktik ritual seks itu. Sehingga secara sadar mereka berupaya agar mitos yang mengharuskan peziarah Makam Pangeran Samudro untuk melakukan ritual seks bisa tetap bertahan dan dipercaya masyarakat.

    Orang-orang tersebut adalah para pemilik warung dan penyedia jasa penginapan. Mereka merupakan para pendatang dan juga penduduk asli Gunung Kemukus yang menetap dan membuat rumah dan warung di sisi kanan-kiri jalan menuju makam.

    Mitos tersebut mulai disebarkan para pemilik warung dan penginapan ke peziarah sebelum menemui juru kunci. Di sana mereka akan diiming-imingi dengan stigma hajat peziarah akan terkabul jika berhubungan seks terlebih dulu.

    “Fenomena tersebut bisa dijelaskan dalam kerangka teori dari Sosiolog Perancis, Pierre Bourdieu. Menurut Bourdieu, bahasa, simbol, atau juga mitos memiliki kekuatan untuk menentukan sikap dan pandangan dunia masyarakat,” ungkap Taufiqurrahman.

    Selanjutnya, Fitriadi, anggota peneliti lainnya berharap, pemerintah bersikap tegas agar objek wisata religi Makam Pangeran Samudro bersih dari praktik prostitusi. Ia ingin tempat praktik prostitusi yang ada di kawasan objek wisata ini perlu direlokasi ke tempat lain dengan mempertimbangkan kondisi material dan nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu lewat hasil penelitiannya ini bisa memberikan pemahaman yang lebih kritis tentang fenomena ritual seks di Makam Pangeran Samudro.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here