More

    700 Kartu Pos Ungkap Pelanggaran HAM di Indonesia

    Seorang pengunjung sedang melihat berbagai gambar kartu Pos bertema HAM di GIM, Bandung, Kamis malam, (29/09/2016). Foto : Ahmad Fauzan
    Seorang pengunjung sedang melihat berbagai gambar kartu Pos bertema HAM di GIM, Bandung, Kamis malam, (29/09/2016). Foto : Ahmad Fauzan

    Sebanyak 700 kartu pos  dipamerkan dalam pameran kartu pos bertema “Archetype : Merekam Nalar” di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Kamis malam, (29/09/2016). Ratusan kartu Pos tersebut merupakan karya dari 120 perupa dari berbagai provinsi di Indonesia yang dipamerkan hingga 07 Oktober 2016.

    Sesuai dengan tema, karya-karya yang dipamerkan merupakan interpretasi para perupa mengenai negeri yang ramah HAM dan Pelanggaran HAM di Indonesia. Mulai dari pelanggaran HAM tahun 1965 hingga saat ini.

    Pameran kartu pos ini memanfaatkan dua ruangan yang berada di tengah GIM. Ruang pertama atau ruang sebelah kiri, menampilkan karya kartu pos yang sebagian besar menceritakan pelanggaran HAM berat di Indonesia. Seperti pelanggaran HAM peristiwa 1965, Petrus pada zaman Orde Baru, Peristiwa Mei 1998, DOM di Aceh, Pelanggaran HAM di Timor Leste, Papua dan sebagainya. Dan hampir seluruh gambar berwarna hitam dan putih.

    - Advertisement -
    Sejumlah Kartu Pos bertema HAM yang dipamerkan di GIM,
    Sejumlah Kartu Pos bertema HAM yang dipamerkan di GIM,

    Selanjutnya di ruangan kedua atau sebelah kanan menampilkan karya yang lebih beragam dan berwarna. Tidak hanya isu HAM berat namun juga isu HAM sehari-hari. Mulai dari militerisme di era sekarang, kota ramah HAM, penggusuran kaki lima, hak atas lingkungan yang baik, kriminalisasi petani, penggusuran rumah dan PKL, kebebasan berekspresi dan sebagainya. Total seluruh gambar mencapai 700 karya.

    Anissa Yovani koordinator acara mengatakan, pameran kartu pos bertema HAM ini sengaja mereka gelar untuk mengetahui sejauh apa masyarakat umum mengetahui masalah HAM. Proses pengiriman karya telah berlangsung sejak tiga bulan yang lalu. Para pengirim karya beragam, ada seniman, mahasiswa semester awal kuliah, komunitas gambar dan sebagainya.

    “Hal ini membuat makna HAM yang ditampilkan lewat karya menjadi beragam. Seperti ada yang membicarakan difabel dan hak atas tontonan di televisi yang bagus,” ungkap Anissa pada acara pembukaan pameran, Kamis malam, (29/09/2016).

     

    Salah satu karya Kartu Pos bertema HAM yang dipamerkan di GIM.
    Salah satu karya Kartu Pos bertema HAM yang dipamerkan di GIM.

    Annisa mengungkapakan, pameran kartu pos bertema HAM ini, sengaja mereka hadirkan pada 30 September, karena pada tanggal tersebut adalah moment bersejarah bergantian rezim, dari rezim Orde Lama ke Orde Baru. Pada waktu tersebut, terjadi peristiwa berdarah-darah.

    “Nah dari waktu tersebut, hingga sekarang ada berapa nyawa yang hilang?” jelas mahasiswi S2 Antropologi Unpad ini.

    Sepertinya, kata Anissa, hingga sekarang pelanggaran HAM itu belum terselesaikan. Bahkan komunitas yang membuka perpusatakaan di jalan pun dibubarkan oleh tentara.

    “Nah dari ratusan gambar yang dipamerkan, memiliki makna simbolik bahwa banyak orang yang peduli dengan persoalan HAM. Makin banyak orang yang terlibat, makin banyak yang peduli,” ungkap mahasiswa S2 Antropologi Unpad ini.

    Sementara itu Arif Yogi yang hadir dalam pembukaan pameran tersebut memberikan apresiasi terhadap ratusan kartu Pos yang dipamerkan. Ia berharap memberikan dampak positif dan pelanggaran HAM bisa segera dituntaskan.

    “Negara kita memiliki banyak Pekerjaan Rumah, seperti kasus Munir, sampai saat ini pelakunya belum ditangkap, kemudian Tanjung Priok, Talang Sari dan sebagainya. Semuanya harus dituntaskan,” kata Yogi.

    Ia juga berharap, Bandung yang akan dideklarasikan sebagai kota HAM, memberikan banyak ruang kepada warganya untuk bisa mengekspresikan apa yang menajadi pikiran dan perasaan. Bukan hanya kosmetik dan sekedar jargon belaka.

    “Semoga deklarasi Bandung sebagai kota HAM bisa diwujudkan secara nyata dan bisa dinikmati warga di Kota Bandung,” jelas Yogi.

    Selama pameran berlangsung para pengunjung diminta untuk menuliskan harapannnya terhadap masalah HAM di Indonesia. Untuk kemudian dikirimkan kepada Presiden Joko Widodo.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here