
GARUT, KabarKampus – Sebanyak delapan orang tewas akibat banjir bandang yang menerjang daerah Bayongbong, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Banyuresmi, Karangpawitan, Kabupaten Garut, Rabu, (21/9/2016). Sementara satu orang hilang, empat orang luka berat, 26 orang luka ringan dan ratusan mengungsi.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, banjir bandang di Kabupaten Garut terjadi akibat hujan berintensitas tinggi dan berdurasi panjang. Hal ini membuat meluapnya Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri secara cepat sehingga menyebabkan banjir bandang hingga ketinggian 1,5 – 2 meter.
“Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Garut terdapat 8 orang tewas, 1 orang hilang, 4 orang luka berat, 26 orang luka ringan dan ratusan pengungsi,” kata Sutopo, Rabu, (21/09/2016).
Saat ini menurutnya, Tim SAR gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat tengah melakukan pencarian dan penyelamatan korban. Sementara ratusan pengungsi telah ditempatkan di kantor Korem.
“BPBD Provinsi Jawa Barat membantu penanganan darurat. Posko dan dapur umum telah didirikan. Bupati Garut menunjuk Dandim sebagai komandan tanggap darurat. Pendataan masih dilakukan,” kata Sutopo.
Sutopo menjelaskan, hujan deras terjadi sejak hari Selasa (20/9/2016) pukul 19.00 WIB. Hujan ini menyebabkan debit Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri naik secara cepat. Kemudian sekitar pukul 20.00 WIB banjir mulai naik setinggi lutut dan sekitar jam 23.00 WIB banjir naik setinggi 1,5 – 2 meter.
“Saat ini sebagian banjir sudah surut. Ini menunjukkan kondisi hulu DAS Cimanuk sudah rusak dan kritis,” katanya.
Sementara itu, dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi longsor di Desa Cimareme, Kec. Sumedang Selatan, Kab. Sumedang Provinsi Jawa Barat pada Selasa (20/9/2016) pukul 22.00 WIB. Longsor menimbun dua unit rumah. Sementara dua orang dua orang ditemukan tewas dan diduga dua orang lagi masih tertimbun longsor. Pencarian korban masih dilakukan.
Sutopo menghimbau kepada masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan dari ancaman banjir dan longsor. Hujan akan terus meningkat hingga puncaknya Januari 2017 mendatang. La Nina, dipole mode negatif dan hangatnya perairan laut di Indonesia menyebabkan hujan melimpah, lebih besar dari normalnya sehingga dapat memicu banjir dan longsor.[]