AUSTRALIA PLUS
Prof Ronny R Noor
Konferensi Australian Society of Indonesian Language Educators (ASILE) yang dimotori oleh Indonesian Teacher Association (INTAN), Flinders University dan Australian Indonesian Association of South Australia (AIA-SA) memang terasa sangat istimewa.
Tema yang diusung oleh konferensi ini yaitu “menuju paradigma baru” memang sangat relevan dan diperlukan terkait dengan kondisi terkini pengajaran bahasa Indonesia di Australia yang dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini mengalami penurunan yang cukup tajam.
ASILE yang merupakan wadah bagi seluruh insan pendidik yang terkait dengan pengajaran bahasa Indonesia ini secara konsisten telah melaksanakan konferensi dua tahunan secara bergiliran di Australia dan Indonesia selama kurun waktu 22 tahun terakhir ini dimulai di Adelaide pada tahun 1994 lalu.
Pelaksanaan ASILE pada 30 September- 2 Oktober 2016 yang dihadiri 150 peserta dari Australia dan Indonesia ini dinilai sukses karena disamping menghadirkan para ahli Indonesia dan penulis ternama juga berhasil menyajikan 36 makalah terkait dengan inovasi teknik pengajaran dari berbagai kalangan.
Disamping itu konferensi ini juga memberi kesempatan kepada peserta untuk mengikuti workshop gamelan.
Tema yang diusung dalam konferensi kali ini memang sangat relevan dengan kondisi pengajaran bahasa Indonesia di Australia yang terus menurun paling tidak dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini.
Dari laporan diskusi panel pada konferensi ini hanya ada dua negara bagian yang pengajaran bahasa Indonesia baik di tingkat sekolah maupun di tingkat universitas yang masih stabil yaitu di negara bagian South Australia (SA) dan Australian Capital Territory (ACT), sedangkan di negara bagian lainnya mengalami penurunan jumlah peserta pengajaran.
Dalam sambutan pada acara pembukaan konferensi saya selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan bahwa walaupun terjadi penurunan terkait dengan pengajaran bahasa Indonesia di Australia, Australia masih merupakan negara dimana pengajaran bahasa Indonesianya merupakan yang terbesar di dunia.
Namun demikan dalam mengurangi laju penurunan ini, perlu diambil langkah drastis dan juga program aksi baik dari pemerintah Australia maupun Indonesia mengingat pengajaran bahasa Indonesia di Australia tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah Australia saja namun juga merupakan tanggung jawab pemerintah Indonesia yang seiring dengan keinginan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Pemerintah Indonesia diharapkan dapat menjadikan Australia sebagai target utama dalam program Internasionalisasi bahasa Indonesia dengan membuat program khusus yang selaras dengan kebutuhan dan mendukung program pengajaran bahasa Indonesia di Australia.
Sejalan dengan hal tersebut Hamish Mc Donald yang merupakan salah satu pakar Indonesia selaku pembicara utama menyampaikan bahwa pergantian kebijakan pendidikan pemerintah Australia mulai dari tahun 1975 sampai dengan saat ini berpengaruh besar tidak saja pada pengajaran bahasa Indonesia saja namun juga pada bahasa asing lainnya di Australia.
Menurut Hamish, dibandingkan dengan bahasa lainnya yang diajarkan di Australia, bahasa Indonesia memiliki kekhasan dalam aksara, pengucapan dan tata bahasa sehingga relatif mudah dan sangat ideal sebagai bahasa asing utama yang dipelajari di sekolah sekolah di Australia.
Oleh sebab itu, menurutnya pemerintah Australia harus menjadikan bahwa Indonesia sebagai pelajaran wajib paling tidak di tingkat primary school di seluruh Australia mengingat dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan perekonomian Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dimana pada saat itu kemungkinan besar perekonomian Australia akan tergantung pada Indonesia.
Disamping itu sumberdaya terkait dengan pengajaran bahasa Indonesia di Australia seperti pertukaran guru, pengayaan kemampuan berbahasa Indonesia di Indonesia serta penggunaan teknologi informasi akan sangat mendukung program dan meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Indonesia di Australia.
Para peserta konferensi sepakat bahwa pengajaran bahasa Indonesia di Australia tidak dapat lagi dilakukan secara tradisional, melainkan harus dilakukan dengan cara yang menarik untuk meningkatkan daya tarik siswa dan mahasiswa serta pengguna bahasa Indonesia lainnya.
Mengingat pengajaran bahasa Indonesia harus bersaing dengan bahasa asing lainnya dalam menarik minat siswa dan mahasiswa, sesuai dengan tema konferensi para peserta konferensi sepakat bahwa pengajaran bahasa Indonesia di Australia tidak dapat lagi dilakukan secara tradisional, melainkan harus dilakukan dengan cara yang menarik untuk meningkatkan daya tarik siswa dan mahasiswa serta pengguna bahasa Indonesia lainnya.
Berbagai teknik dan teknologi pengajaran bahasa Indonesia yang telah dikembangkan dan diterapkan di sekolah dan di univeristas di Australia terungkap dalam konferensi ini. Balai Bahasa Indonesia Perth misalnya bekerja sama dengan sekolah sekolah di wilayah Western Australia (WA) mengembangkan teknik belajar bahasa Indonesia sambil bernyanyi.
Dengan mendatangkan penyanyi Michael J. yang berasal dari Papua berhasil mengajarkan bahwa Indonesia dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan dunianya dengan melibatkan ratusan siswa sekolah yang sedang belajar bahasa Indonesia dalam konser.
Sementara itu Catherine Elliott, Sharon Mann dan Annie Beach memperkenalkan pengajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik Teaching Proficiency through Reading & Storytelling (TPRS).
Dengan menggunakan teknik ini pengajaran bahasa Indonesia terasa lebih menyenangkan dan dapat diserap dengan cepat oleh siswa karena dilakukan dengan mengkombinasikan gerak gerik (gesture) dan cerita.
Hal yang hampir sama dilakukan oleh Ni Putu Dian Cahyani pembicara dari Bali yang selama ini aktif dalam mengajarkan bahwa Indonesia bagi penutur asing memadukan pembelajaran bahasa Indonesia dengan budaya Indonesia seperti pakaian adat, makanan, wisata dan yang lainnya.
Melalui cara ini siswa dapat secara langsung memahami kosa kata yang terkait langsung dengan apa yang dilihat dan ditemuinya dalam kehidupan sehari hari.
David Reeve salah satu tokoh bahasa Indonesia di Australia yang telah berkecimpung dalam pengajaran bahasa Indonesia dan Indonesian studies selama 40 tahun menyampaikan teknik pengayaan kosa kata dan teknik asosiasi yang sangat unik dengan menggunakan bahasa iklan yang sangat kaya di Indonesia baik yang terakit dengan politik, komersil, imbauan, peraturan, pemilu dan yang lainya.
Menurut David Reeve keunikan bahasa iklan membuat slogan dan kosa katanya mudah diingat dan memperkaya teknik asosiasi dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Dalam hal pengajaran bahasa Indonesia bagi kalangan pegawai negeri Australia yang akan bekerja di Indonesia, Shinta Benilda dan Ida Nurhayati menggunakan teknik One-on-one yang dikembangkan berdasarkan Australian Public Service Language Ratings.
Melalui teknik ini peserta diharapkan akan memiliki bekal kemampuan berbahasa Idonesia yang memadai jika kelak mereka bertugas di Indonesia.
Teknik pengajaran unik lainnya juga telah dikembangkan oleh Zara Maxwell-Smith dan Amrih Widodo yang menghubungkan school-based education dan tertiary studies dalam pengajaran bahasa Indonesia di Australian National University (ANU).
isamping itu program ini teknik ini juga menggabungkan antara pengajaran bahasa Indonesia dengan pengayaan pengetahun tentang Indonesia yang diberikan oleh para ahli Indonesia yang ada di ANU.
Dalam diskusi disepakati bahwa rekomendasi terkait dengan pengajaran bahasa Indonesia di Australia akan disampaikan kepada pemerintan Australia dan Indonesia sebagai masukan dalam menyusun kebijakan pengambangan bahasa Indonesia di Australia yang lebih efisien dan tepat sasaran dalam upaya mengembalikan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa asing utama di Australia.
Tidak pelak lagi konferensi ASLILE 2016 yang baru saja berlalu ini memberikan harapan baru dalam pengajaran bahasa Indonesia di Australia sekaligus menunjukkan upaya keras dan kerjasama yang luar biasa seluruh insan pendidik Australia dalam mengembangkan bahasa Indonesia di Australia.
Kecintaan mereka terhadap bahasa Indonesia merupakan modal utama sekaligus angin segar bagi keberadaan dan masa depan bahasa Indonesia di Australia. []
*Prof Ronny R Noor adalah Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Canberra.