IMAN HERDIANA
Memulai wirausaha, apapun jenisnya, memerlukan jaringan. Terlebih jika wirausaha ini berbasis information technology (IT) digital, seperti bisnis aplikasi atau software.
Budi Rahardjo, pengamat IT dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, jika bisnis IT ingin maju pesat, diperlukan jaringan di luar negeri. Dengan adanya jaringan di luar negeri, minimal strategi pemasaran bisa teratasi.
Lalu bagaimana cara memiliki jaringan di luar negeri? Menurut Dosen Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika ITB ini, jaringan di luar negeri bisa dibangun sejak kuliah. Semasa kuliah tidak sedikit teman kuliah yang kemudian melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Mereka berpoteni menjadi jaringan di dalam negeri.
“Jadi kalau orang Indonesia kuliah di luar negeri jangan dimarah-marahin, itu jaringan kita supaya kalau ada proyek di sana mengalir ke sini (dalam negeri), biar bagaimanapun juga orang mencintai tanah airnyalah,” kata Budi Rahardjo kepada Kabar Kampus, baru-baru ini.
Bisnis IT yang memanfaatan jaringan di luar negeri sudah lebih dulu dilakukan Cina, India dan Vietnam. Mereka banyak menyekolahkan SDM-nya ke negara-negara maju di Eropa dan Amerika. Saat kuliah itulah SDM mereka mengembangkan jaringan dengan negara asalnya.
Saat ini, India menjadi salah satu negara yang perkembangan bisnis softwarenya sangat pesat. Negeri Hindustan ini tidak mengandalkan pasar di dalam negeri. “India pasarnya bukan di India tapi di luar negeri. Pasar mereka itu AS dan Eropa,” paparnya.
Maka para pengembang aplikasi Indonesia, sambung dia, bisa meniru cara India dalam memasarkan produknya. Hal ini dilakukan mengingat kurangnya penghargaan terhadap aplikasi atau software buatan dalam negeri.
“Jadi kita harus garap pasar (di luar negeri) kalau kita mau kaya-raya. Karena di luar negeri lebih menghargai karya, di dalam negeri kan tidak,” katanya.
Selain itu, menggarap pasar IT di luar negeri membutuhkan kepercayaan. Indonesia memiliki banyak SDM yang jago di bidang IT, membuat aplikasi atau membangun software, tetapi mereka belum tentu mendapat kepercayaan dari pasar luar negeri.
Lagi-lagi, kata Budi Rahardjo, masalahnya ada pada jaringan. “Pasar luar negeri lebih mau ngasih ke India karena teman-temannya sendiri, teman senegaranya, kan banyak yang sekolah di AS. Jaringan pertemanan India luar biasa,” tuturnya.
Ia menegaskan, faktor kepercayaan dan jaringan memegang peranan penting dalam mengelola bisnis digital atau menjual aplikasi. Peluangnya bisnis IT sangat kecil jika tidak memiliki jaringan dan kepercayaan.
“Makanya kita harus menghebatkan jejaring, membangun diaspora-diaspora dengan para dosen atau mahasiswa yang kuliah di luar negeri,” katanya. []