
BANDUNG, KabarKampus – Puluhan komunitas dan seniman yang mengatasnamakan Aliansi Warga Bandung siap menggelar gerakan budaya untuk menolak pembangunan Eks Palaguna di kawasan alun-alun Bandung menjadi mall, rumah sakit, dan hotel. Mereka akan melangsungkan acara tersebut selama dua hari non stop mulai tanggal 14 hingg 15 Maret 2017 di kawasan tersebut.
Menurut Dadan Ramdan, Direktur Walhi Jabar, gerakan tersebut muncul muncul sebagai rekasi terhadap rencana LIPPO Group, PD Jawi (BUMD pemprov Jabar), dan Pemerintah Kota (sebagai pemegang otoritas perizinan) yang akan membangun mall, hotel, dan rumah sakit di lahan Eks Palaguna. Baginya hal tersebut jelas akan menjadi milik privat atau bukan lagi menjadi milik publik.
Oleh karena itu, Ramdan yang juga mewakili Aliansi Warga Bandung memberikan tiga alasan, mengapa mereka menolak pembangunan Eks Palaguna.
Pertama, pembangunan yang rencananya bernama “Bandung Icon” tersebut berpotensi menambah sampah domestik sebesar 20 ton/hari atau sekitar 600 ton/bulan, menghasilkan limbah berbahaya dan beracun sebesar 1 ton/hari.
Kedua, rencana pembangunan ini pun berada pada zona merah Cekungan Bandung yang akan menyedot air tanah sebanyak 100.000 liter/hari, dan menyebabkan kualitas air tanah semakin menurun. Sempadan Sungai Cikapundung pun terancam terganggu. Selain itu mereka juga memandang kawasan alun-alun sebagai pusat kota itu sudah terlalu padat bahkan telah melampaui ambang kritis. Maka tidak saja akan berbahaya bagi salasatu kawasan Cekungan Bandung melainkan bisa mengancam pula kawasan hilir sungai Cikapundung dalam bentuk banjir kiriman hingga limbah beracun.
Ketiga, kawasan alun-alun Bandung amat kuat memiliki latar kebudayaan sejak dicanangkannya oleh Raden Adipati Wiranatakusumah II, bahkan pernah menjadi ibukota Konferensi Asia Afrika. Atas dasar itulah maka mereka memandang lebih perlu hutan kota dan cagar budaya ketimbang mall, hotel, dan rumah sakit.
Menurut Ramdan, dalam aksi budaya yang akan digelar di kawasan Eks Palaguna tersebut, mereka ingin mengingatkan dan mendesak pemerintah Jawa Barat dan Kota Bandung bahwa luasan RTH Bandung hanya sekitar tujuh persen, kondisinya kian tak sehat, udara makin panas dan tercemar, sangat kurang memiliki lahan hijau dan respaan. Dengan kata lain, gerakan ini pun merupakan suara warga untuk penyelamatan lahan negara yang berbatasan dengan sungai Cikapundung, lebih baik menjadi hutan kota, khususnya di lahan eks palaguna yang berada di kawasan bersejarah dan cagar budaya alun-alun Kota Bandung, ibukota negara-negara Asia Afrika.[]